الجمعة، 19 كانون1/ديسمبر 2025

Mengukir Bibit Unggul di Al-Zaytun: Tantangan Lulus Sejati di Mata Prof. Imam Suprayogo

تعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجوم
 

Oleh : Ali Aminulloh 

lognews.co.id - Prof. Dr. KH. Imam Suprayogo, M.Pd., Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, menyampaikan sambutan yang penuh semangat pada acara wisuda di Institut Agama Islam Al-Zaytun Indonesia. Kedatangan beliau yang kesekian kalinya selalu menyisakan kesan luar biasa atas kehebatan lembaga pendidikan ini. Bukan sekadar ucapan selamat, sambutan beliau menjadi renungan mendalam tentang makna kelulusan sejati dan visi masa depan bagi para wisudawan.

Lulus Tahap Pertama: Dari IPK Sempurna Menuju Bibit Unggul

Kepada para wali dan wisudawan, Prof. Imam Suprayogo mengucapkan selamat. Beliau menyoroti prestasi akademik, bahkan ada yang mencapai IPK sempurna 4.0. Namun, dalam pandangannya, kelulusan akademik ini hanyalah "lulus tahap pertama".

 "Andaikan kita menyeleksi biji yang mau ditanam, itu sesungguhnya baru lulus untuk menjadi bibit unggul. Jadi yang diwisuda ini sebetulnya, menurut hemat saya adalah bibit-bibit unggul yang siap untuk ditanam." Jelas Prof. Imam Suprayogo.

Menurut beliau, lulus yang sebenarnya baru akan terjadi ketika bibit-bibit unggul ini berhasil tumbuh dan teruji di tanah masyarakat. Ujian di masyarakat, tegasnya, jauh lebih berat daripada ujian di kampus.

Meniru Jejak Sang Guru: Tantangan Melampaui Syaykh Panji Gumilang

Pendidikan di Al-Zaytun dinilai istimewa. Prof. Imam menantang para lulusan untuk tidak hanya sekadar membaca buku dan menghadapi ujian tertulis. Tujuan utamanya adalah tumbuh kelak menjadi seperti guru besar mereka, Syaykh Abdussalam Panji Gumilang.

Syaykh Panji Gumilang, di usia 80 tahun, telah berhasil mendirikan lembaga pendidikan sebesar ini. Oleh karena itu, tantangannya adalah:

1. Evaluasi Diri: Bertanya pada diri sendiri, "Apakah kelak ketika umur 80 tahun, saya bisa berprestasi seperti Syaykh Abdussalam Panji Gumilang?".

2. Kelulusan Sejati: Jika berhasil, itulah kelulusan yang sebenarnya.

3. Melampaui Sang Guru: Akan lebih baik lagi jika prestasinya bisa melampaui Syaykh.

Syaykh Panji Gumilang sendiri selalu meneladani Rasulullah Muhammad SAW dan sosok ideal Presiden Pertama, Soekarno, yang semangat kemerdekaannya diisi lewat jalur pendidikan.

Visi Global dan Kurikulum Adaptif Al-Zaytun

Prof. Imam Suprayogo memimpikan agar 271 wisudawan saat ini menjadi benih. Dalam 20 tahun mendatang, beliau berharap akan lahir Al-Zaytun-Al-Zaytun baru yang dibangun oleh para lulusannya, tersebar dari Aceh hingga Papua. Beliau yakin hal ini mungkin karena pendidikan di Al-Zaytun memiliki kekhasan.

Mengutip pandangan Kopertais tentang kurikulum unggul yang harus adaptif, Prof. Imam menyarankan agar Al-Zaytun tidak sekadar mengikuti kurikulum standar.

"Jika ditanya kurikulumnya kurikulum apa, kurikulum Al-Zaytun, begitu. Jangan lalu mengikut kurikulum Pak Koperties, nanti kurang maju." Ujar Prof.Imam penuh semangat.

Kekhasan pendidikan di Al-Zaytun juga terletak pada penekanan implementasi, bukan sekadar kata-kata. Syaykh Panji Gumilang mengajarkan sesuai dengan Al-Qur'an Surat As-Saff ayat 2-3, yang menegaskan larangan mengatakan sesuatu yang tidak dikerjakan (kabura maqtan ‘indallâhi an taqûlû mâ lâ taf‘alûn).

Di sini, para murid tidak hanya diajak berkata-kata, tetapi meniru orang yang melakukan apa yang mereka katakan. Bahkan, harus tahu benda yang dikatakan, agar tidak menjadi 'orang mabuk' (banyak berkata tapi tidak tahu barang yang dikata), mengutip Surat An-Nisa ayat 43 tentang larangan salat saat mabuk (walabtaqrabu as-shalata ḫattâ ta‘lamû mâ taqûlûna).

suasana wisuda 6 iai

Al-Zaytun sebagai Pesaing Madinah dan Rahmatan Lil ‘Alamin

Prof. Imam juga menceritakan pengalamannya mengajak Guru Besar Universitas Madinah, Prof. Fahd Al Ahmadi, mengunjungi Al-Zaytun. Awalnya, Prof. Fahd mengira pesantren terbesar di Indonesia ada di Sulawesi. Setelah melihat langsung, Prof. Fahd mengakui kebesaran Al-Zaytun dengan kata "Akbar".

Prof. Imam berpesan agar informasi keunggulan ini disampaikan ke negara-negara Arab:

 "Masih ada saingan ialah al-Zaytun saingan daripada Madinah."

Harapan beliau, masjid Rahmatan Lil ‘Alamin di Al-Zaytun benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh dunia. Dengan pengalaman beliau mendidik mahasiswa dari 32 negara, termasuk Rusia, ia yakin Al-Zaytun dapat menjadi pusat pendidikan global.

Prof. Imam menutup sambutannya dengan tantangan terakhir kepada wisudawan dan wisudawati: "Jangan kalah dengan Syaykh Abdussalam Panji Gumilang. Kalau Syaykh tidak mau kalah dengan Soekarno, Anda semua jangan mau kalah dengan Syaykh Abdussalam Panji Gumilang." Ujar Prof.Suprayogo.

Para lulusan diharapkan mampu menciptakan karya yang melebihi Syaykh ketika mencapai usia 80 tahun. Ini adalah impian seorang guru, yang akan membuat Syaykh tersenyum.