Monday, 15 December 2025

Rupiah Melemah Imbas Pemecatan Anggota The Fed oleh Trump

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

lognews.co.id - Rupiah Terkoreksi pada Awal Perdagangan Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan Selasa (26/8). Di pasar spot Jakarta, rupiah terkoreksi 10 poin atau 0,6 persen ke level Rp16.269 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.259 per dolar AS.

Faktor Pemicu: Pemecatan Anggota The Fed
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai pelemahan rupiah dipengaruhi dinamika eksternal, khususnya keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memecat anggota Dewan Gubernur Federal Reserve (The Fed), Lisa D. Cook. “Rupiah diperkirakan melemah terhadap dolar AS yang cenderung menguat dan volatile setelah kabar pemecatan Lisa Cook,” ujarnya.

Tuduhan Penipuan Hipotek
Mengutip Anadolu, Trump menyebut Cook telah mengundurkan diri di tengah tuduhan penipuan hipotek. Tuduhan itu pertama kali disampaikan Direktur Badan Keuangan Perumahan Federal Bill Pulte, yang menuding Cook secara keliru mengklaim dua rumah berbeda sebagai tempat tinggal utama. Laporan pidana pun telah dikirimkan ke Departemen Kehakiman dan kini dalam proses penyelidikan.

Meski begitu, Cook yang sebelumnya ditunjuk oleh mantan Presiden Joe Biden membantah tuduhan tersebut. Ia menegaskan tidak berniat untuk mundur dan menolak “diintimidasi”.

Implikasi Terhadap Kebijakan The Fed
Menurut Lukman, langkah Trump mencerminkan upaya untuk mempengaruhi arah kebijakan The Fed, khususnya dalam menurunkan suku bunga. “Keinginan Trump mendikte The Fed untuk menurunkan suku bunga menjadi alasan mengapa Cook diberhentikan,” jelasnya.

Cook sendiri selama ini dikenal konsisten mendukung Gubernur The Fed Jerome Powell dalam mempertahankan suku bunga tetap stabil.

Respons Pasar Global
Lukman menambahkan, kondisi politik dan ekonomi AS menimbulkan reaksi beragam di pasar keuangan global. Indeks dolar terpantau menguat, disertai penguatan mata uang safe haven seperti franc Swiss (CHF) dan yen Jepang, serta kenaikan harga emas. “Kekhawatiran atas kekisruhan di AS membuat investor berbondong-bondong ke aset aman. Namun, ini masih reaksi sesaat karena investor tengah mencermati perkembangan lebih lanjut,” paparnya. (Sahil untuk Indonesia)