lognews.co.id, Semarang, – Hujan deras yang mengguyur Kota Semarang selama dua hari terakhir mengakibatkan banjir di 32 titik wilayah. Kawasan Kaligawe, Terboyo Unisulla, Genuk Indah, Stasiun Semarang Tawang, Stasiun Poncol, Barito, Tlogosari, dan beberapa wilayah lainnya terendam air (14/3/2024).
"Wolter ke arah pasar Genuk sekitar sebelum pom sampai setelah pom genangan kurleb 30cm mas. Pertigaan Genuk kendaraan penuh efek Kaligawe jalan kebak air" Jelas Siti salah satu warga Kecamatan Genuk.
Banjir ini menambah daftar panjang tragedi tahunan yang menghantui Semarang, sebuah kota yang tak asing dengan genangan air.
Jebolnya Kali Banjir Kanal Timur akibat curah hujan tinggi dan sistem drainase yang tak memadai menjadi penyebab utama banjir, ironisnya, fenomena ini bukan hal baru. Banjir telah menjadi tamu rutin Semarang sejak era kolonial Belanda.
Upaya pemerintah untuk menanggulangi banjir, seperti peninggian jalan dan pengerukan sungai, tampaknya belum membuahkan hasil signifikan. Banjir tetap saja datang, menerjang tanpa pandang bulu, merugikan warga dan menghambat aktivitas ekonomi.
kisah pilu membayangi aktivitas sehari hari warga ketika terhambatnya akses pendidikan dan kesehatan, serta trauma akan datangnya banjir jika hujan tiba, juga menjadi cerminan tata kelola kota yang masih belum optimal.
Pemerintah Kota Semarang dan aparat terkait harus segera mengambil langkah konkret dan terukur untuk mengatasi banjir.
Solusi jangka pendek seperti penyediaan bantuan logistik dan evakuasi warga memang perlu dilakukan, namun bukan solusi utama.
Banjir Semarang adalah luka lama yang membutuhkan solusi permanen. Hanya dengan komitmen kuat dari pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat, tragedi ini dapat diakhiri.
Mari bersama-sama membangun Semarang yang bebas dari banjir. Kota yang tangguh dan ramah air, untuk masa depan yang lebih cerah.
(Jeta untuk Semarang)


