lognews.co.id, Lombok – Sebuah video drone yang diambil pada Sabtu pagi (21/6) memperlihatkan Juliana Marins, pendaki asal Brasil, masih hidup meski terluka di jurang Gunung Rinjani. Video Viral ini memicu kemarahan netizen Brasil yang menilai terlalu lambat dan tidak maksimal.
Lognews.coid, Lombok - Juliana terjatuh di area Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Gunung Rinjani, sekitar pukul 06.30 WITA saat mendaki melalui jalur Anjani, yang dikenal dengan medan ekstrem, lereng curam, berbatu, dan saat itu berkabut tebal. Sebelum jatuh, Juliana sempat meminta istirahat karena kelelahan, namun rombongan melanjutkan pendakian sesuai jadwal yang ketat dan cuaca yang tidak menentu.
Sekitar pukul 09.40 WITA, otoritas Taman Nasional Gunung Rinjani menerima laporan insiden dan langsung mengerahkan tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, TNGR, BPBD, dan relawan untuk melakukan pencarian.
Drone yang dioperasikan oleh seorang turis Spanyol pada Sabtu sore merekam Juliana dalam kondisi masih hidup, duduk dan bergerak di tanah berabu kelabu, sekitar 300 meter di bawah jalur pendakian. Rekaman ini menyebar luas di media sosial Brasil, memicu harapan keluarga dan netizen Brasil.
Namun, upaya tim SAR untuk menemukan Juliana pada hari itu gagal karena kabut tebal dan medan berbahaya. Pada Minggu pagi (22/6), drone menunjukkan Juliana sudah tidak lagi di lokasi awal, diduga tergelincir lebih jauh ke jurang. Pada Senin (23/6), drone thermal mendeteksi keberadaan Juliana di kedalaman sekitar 500 meter, namun dalam kondisi tak bergerak. Baru pada Selasa (24/6), tim SAR berhasil mencapai lokasi dan memastikan Juliana telah meninggal dunia.
Video drone yang memperlihatkan Juliana masih hidup namun terluka tersebut memicu gelombang kemarahan di kalangan netizen Brasil. Ribuan komentar membanjiri akun Instagram resmi Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, menuntut keadilan dan penyelamatan yang lebih cepat. Mereka menilai tim SAR Indonesia terlambat bertindak sehingga menyebabkan kematian tragis yang seharusnya bisa dicegah.
Keluarga Juliana juga menyatakan kekecewaan atas penanganan tim SAR Indonesia, mengungkap bahwa upaya penyelamatan tidak dilakukan segera dan maksimal. Mereka menyebut tim SAR hanya mampu maju sekitar 250 meter setiap harinya dalam pencarian.
Sementara itu, pihak berwenang Indonesia menjelaskan bahwa medan ekstrem dan kondisi cuaca buruk menjadi kendala utama dalam evakuasi. Penggunaan helikopter tidak memungkinkan karena kabut tebal dan risiko keselamatan tinggi. Tim SAR gabungan mengandalkan metode manual dengan tali dan bantuan drone thermal untuk mendeteksi posisi korban.
Kemarahan netizen Brasil bahkan membuat beberapa petugas SAR geram. Dalam sebuah video viral, petugas SAR menanggapi hujatan dengan tegas, menyatakan bahwa mereka telah mempertaruhkan nyawa dan bekerja keras dalam kondisi sulit. Mereka meminta agar masyarakat tidak sembarangan menghujat tanpa memahami situasi lapangan. (Amri-untuk Indonesia)


