الجمعة، 19 كانون1/ديسمبر 2025

Ramai Medsos Di Pemilu 2024 Mendatang, Generasi Gen Z masih berpatokan kepada berita mainstream

تعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجوم
 

Lognews201.com, Jakarta, – Diskusi Media bertema “Optimalisasi Media Sosial untuk Meningkatkan Partisipasi Pemilih Millenial”, bahas peran media sosial dalam komunikasi politik terhadap generasi Gen Z, acara berlangsung di Media Centre KPU, Jumat (25/11/2022).

Menjadi pembicara, Teguh Santosa, Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), CEO RMOL, Dr. Geofakta Razali, Praktisi Medsos dan Communication Spesialist Institut STIAMI, serta Nona Evita, Akademisi & Praktisi Komunikasi, Universitas Multi Media Nusantara. Acara dipandu host, Suwiryo, Elshinta radio.

Saat ini Generasi Z (Gen Z) mengakses Informasi lewat media sosial, tetapi Gen Z tidak akan melegitimasi informasi tersebut sebelum muncul di media mainstream.

Hal ini disampaikan Anggota KPU, August Mellaz saat memberikan tanggapan pada
“Jadi asumsinya kalau informasi itu berasal dari KPU dan medsosnya KPU, Gen Z akan segera mengakses. Itu pun tidak akan segera diberikan legitimasinya oleh Gen Z, ketika Informasi tersebut belum muncul di media mainstream. Tapi, jika informasinya khas, misalnya, sumber informasinya dari KPU, artinya legitimate, final, maka tidak akan ada dispute (perdebatan_red),” kata Mellaz.

Menurut Mellaz, berdasar hasil kegiatan yang diikuti sebelumnya, yakni Focus Group Discussion (FGD) dan Diseminasi Hasil Survey Kepedulian Generasi Z pada Pemilu Serentak Tahun 2024 di Provinsi Bali, Kamis (24/11/2022), Gen Z yang mengakses Informasi melalui gawai mereka, dan hal ini harus menjadi perhatian KPU terkait bagaimana format informasi disampaikan. tentunya tidak dapat menggunakan mindset lama beruba ‘baliho’ atau media konvensional lainnya, tetapi harus dalam bentuk multimedia.

Geofakta Razali berpendapat, Gen Z adalah generasi pintar, ketika ada Informasi yang dianggap hoaks mereka akan melakukan konfirmasi atas informasi tersebut. Keterlibatan pemilih milenial dalam Pemilu Serentak 2024, menjadi satu kelompok yang baru peduli secara wacana, namun belum bisa ikut berpartisipasi secara aktif dalam dunia politik.


“Masalahnya adalah, ‘they know the important of politic, mereka punya attention terhadap politik. tapi mereka nggak bisa langsung terjun ke politik, karena masih pada tahap attention,” papar Geo.

Lanjut Geofakta, meskipun masih dalam tahap attention, hal ini tidak bisa disimpulkan sebagai suatu perilaku pasif dalam berpolitik, karena persepsi mereka ambil dari experience mereka termasuk dari generasi sebelum mereka.

Sementara iu, Nona Evita menyoroti fenomena buzzer yang muncul di Pemilu 2019 yang hingga saat ini ikut memperlebar persoalan disinformasi dan misinformasi.

"Tapi ada plus poinnya, ada good news-nya juga. Apa good news-nya? Menurut data Reuters, Generasi Z ini social native, bukan hanya digital native. Mereka paham cara memverifikasi informasi-informasi yang salah," ujarnya.

Nona Evita mengakui gap utama kaum milenial untuk turut berpartisipasi aktif dalam proses pemilu adalah media sosial, yang sering berisi informasi tidak kredibel. Tetapi Gen Z tidak langsung percaya. mereka akan memverifikasinya ke media mainstream

Lanjut Nona Evita, media sosial yang paling rawan memunculkan disinformasi ataupun misinformasi karena  sifatnya satu arah adalah pesan singkat di telepon pintar. "Di instant messaging apps seperti di WhatsApp itu justru lebih rawan informasi-informasi sumbang," tambah Nona. (Amr-untuk Indonesia)