Oleh: Ali Aminulloh
Ahad, 10 Agustus 2025, merupakan pekan ke 11 pelatihan guru berkelanjutan di Al Zaytun.
lognews.co.id - Pelatihan ini mengambil tema Transformasi Revolusioner Pendidikan Berasrama Demi Terwujudnya Indonesia Modern di Abad XXI dan Usia 100 Tahun Kemerdekaan. Pada sesi ini pembahasan khusus berkaitan dengan pembelajaran berbasis penelitian di pesantren (Research Based Learning) yang disampaikan Prof. Dr. H. Sugiyono, M.Pd.

Beliau seorang guru besar dari Fakultas Teknik UNY (Universitas Negeri Yogyakarta), menggebrak pola pikir konvensional tentang pendidikan dan penelitian dalam kuliah umum di Pesantren Al-Zaytun. Ia menekankan bahwa kunci kemajuan suatu bangsa terletak pada riset, dan sudah saatnya lembaga pendidikan di Indonesia, termasuk pesantren, mengadopsi pembelajaran berbasis riset atau research based learning. Profesor yang memiliki keahlian di bidang pengelasan ini mengungkapkan pandangannya yang kritis terhadap sistem pendidikan di Indonesia yang cenderung "lari di tempat" meskipun menghabiskan banyak dana.
Prof. Sugiyono menyoroti beberapa masalah utama dalam pendidikan di Indonesia, di antaranya adalah kualitas, relevansi, dan pemerataan. Kualitas pendidikan di Indonesia sulit bersaing dengan negara tetangga, sedangkan relevansi antara lulusan dan dunia kerja sering kali tidak sejalan. Selain itu, pemerataan pendidikan, baik dari segi wilayah maupun mutu, belum terwujud, sehingga kebijakan zonasi menjadi sulit diterapkan. Yang paling disoroti adalah masalah kebijakan pendidikan yang selalu berubah-ubah setiap kali terjadi pergantian menteri, diibaratkan seperti "membeli bensin yang selalu dimulai dari nol".
Jalan Menuju Peradaban Baru: Riset dan Inovasi
Dalam paparannya, Prof. Sugiyono membagi penelitian menjadi beberapa tingkatan. Penelitian paling dasar adalah deskriptif, yaitu hanya memotret objek dan melaporkannya. Level berikutnya adalah membuktikan teori yang sudah ada, yang menurutnya tidak menghasilkan kemajuan karena hanya menguji keyakinan, bukan menambah ilmu. Tingkat yang lebih tinggi adalah inovasi, yaitu mengembangkan sesuatu yang sudah ada, seperti memodifikasi traktor agar lebih efektif. Kemudian ada invensi, yaitu menemukan informasi atau fakta yang sudah ada namun belum diketahui, seperti penemuan Benua Amerika oleh Columbus. Puncak dari semua level adalah penelitian kreatif, yaitu menciptakan sesuatu yang sama sekali belum pernah ada.
Prof. Sugiyono berpendapat bahwa potensi di pesantren sangat besar untuk dikembangkan melalui penelitian. Ia mendorong para santri, siswa, dan mahasiswa untuk peka terhadap fenomena di sekitar mereka, seperti yang dilakukan oleh Isaac Newton saat melihat apel jatuh atau James Watt saat melihat uap menekan tutup panci. Menurutnya, hal-hal sederhana tersebut dapat menghasilkan temuan yang bermanfaat luar biasa bagi peradaban.
Menggagas Pembelajaran Berbasis Riset di Lingkungan Pesantren
Untuk mewujudkan pembelajaran berbasis riset, diperlukan beberapa penyesuaian. Pertama, perlu adanya kebijakan yang mendukung model pembelajaran ini. Kedua, kurikulum harus disesuaikan dengan melengkapi mata pelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) dengan kegiatan penelitian. Ketiga, pendidik harus ditingkatkan kemampuannya untuk membimbing siswa dalam melakukan penelitian. Keempat, sarana dan prasarana harus memadai untuk mendukung kegiatan riset. Terakhir, evaluasi kelulusan harus lebih fokus pada hasil penelitian sebagai indikator utama keberhasilan.
Penerapan research based learning di pesantren diharapkan dapat mendorong santri untuk berpikir kritis dan analitis, mengintegrasikan tradisi keilmuan Islam dengan ilmu modern, serta menyiapkan mereka untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi dan menghadapi tantangan di masa depan.
Pada akhir sesinya, Sugiyono mengkritik sistem pendidikan yang hanya mengutamakan hafalan, dan mengajak untuk menerapkan nilai-nilai yang dipelajari. Ia menutup pemaparannya dengan sebuah pantun, "Bunga melati harum mewangi.
Tumbuh subur di tepi halaman.
Mari teliti potensi diri dan lingkungan ini.
Agar pesantren Al-Zaytun maju berkelanjutan".
Epilog: Mendidik untuk Membangun Peradaban
Pendidikan yang memerdekakan adalah pendidikan yang tidak hanya mengantarkan kita pada pemahaman teori, tetapi juga membimbing kita untuk menemukan, menciptakan, dan mengimplementasikan ilmu untuk kemajuan peradaban. Naskah yang dibawakan Prof. Sugiyono bukanlah sekadar ceramah akademis, melainkan sebuah peta jalan menuju masa depan yang lebih cerah, di mana setiap individu, dari petani hingga profesor, menjadi pelaku riset yang berkontribusi nyata bagi bangsa. Dengan mengedepankan riset, Indonesia tidak hanya akan mampu bersaing, tetapi juga menjadi mercusuar peradaban yang cemerlang.


