Lognews201.com, Lamongan - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kiki Yuliati, menyampaikan rasa bangga dan syukurnya atas pencapaian yang berhasil dirampungkan saat wabah pandemi telah terkendali. “Ini juga merupakan langkah awal kolaborasi yang melibatkan semua pihak untuk melestarikan kapal tradisional,” ujarnya saat memberikan sambutan pada “Peletakan Lunas (Keel Laying) Kapal Kayu Pencalang dan Ijon-ijon (PPNS dan SMKN 3 Buduran)” di Workshop (Teaching Boatyard) PPNS, Lamongan, Jawa Timur (24/9).
Melalui program ini, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) dan SMKN 3 Buduran diberi kesempatan untuk membangun kapal bersejarah yang pernah membuat Indonesia jaya pada masanya. PPNS membangun Kapal Pencalang dan SMKN 3 Buduran membangun Kapal Ijon-Ijon.
Kabarnya kapal tersebut akan di tampilkan saat acara puncak pertemuan negara-negara perekonomian besar dunia, yakni KTT G20 di Bali pada November 2022 mendatang.
Kapal Pencalang merupakan kapal dagang tradisional nusantara atau dalam sejarah disebut sebagai pantchiallang atau pantjalang.
Untuk Kapal Pencalang, pencarian bahan kayu jati dimulai dari Perhutani Gresik hingga Pasuruan, bambu beton didapatkan dari Malang, serta kayu merbau dibawa dari Banyuwangi. Bahkan, kayu camplong yang ditemukan di Pulau Bawean untuk bahan baku gading adalah salah satu yang tersulit dikarenakan harus sesuai dengan pola dan saat pencarian kayu harus dicocokkan satu per satu dengan pola.
Kapal Pencalang yang bakal mengarungi pelayaran jalur rempah ini memiliki panjang 11,02 meter, panjang garis air 11,16 meter, tinggi 1,5 meter, dan lebar 4 meter. Kecepatan yang dimiliki berkisar 10 knot dengan daya angkut berkapasitas 4 orang. Kapal Ijon-ijon memiliki panjang 12 meter, lebar 3,5 meter dan tinggi 1,5 meter.
Dalam program “Revitalisasi Jalur Rempah” kali ini para siswa SMK dan mahasiswa politeknik belajar bersama para tukang perahu secara kolaboratif yang berpengalaman untuk membangun kapal kayu sebagai artefak teknik yang mengandung nilai ekonomi dan budaya yang tinggi
Direktur PPNS, Eko, berharap, karya monumental ini nantinya bisa membuat bangsa Indonesia bangga dengan budayanya. Serta, “Membuat anak-anak muda tertarik untuk ke laut, karena jati diri bangsa kita adalah pelaut,” tuturnya.
Sedangkan Kapal Ijon-Ijon merupakan kapal ikan yang paling banyak digunakan oleh nelayan dengan kekhasan desain dan warna. Meski berbahan kayu, namun kapal tradisional tersebut nantinya akan dioperasikan secara modern dengan tetap mengedepankan warisan budaya bangsa sendiri.

Peletakan lunas kapal (keel laying) merupakan penanda bahwa pembangunan sebuah kapal dimulai. Menurut Ketua Tim Proyek Revitalisasi Kapal Tradisional, I Putu Arta Wibawa, proyek pembangunan kapal ini melibatkan dosen, mahasiswa, dan mitra industri. “Selain itu, juga melibatkan pengrajin kapal tradisional sebagai bentuk transfer teknologi,” ujarnya.
Proyek ini mendapat dukungan penuh dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) melalui penyaluran bantuan operasional Matching Fund (MF) tahap kedua tahun 2022. Bertitel “Revitalisasi Ekosistem Kapal Kayu Tradisional untuk Menunjang Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Berkelanjutan”, pembangunan kapal tradisional ini mendapatkan kucuran dana sekitar Rp2 miliar. (Amr-Untuk Indonesia)


