السبت، 20 كانون1/ديسمبر 2025

Indonesia Abadi: Ketika Ilmu, Karakter, dan Keberanian Berpikir Menjadi Jalan Menuju Emas 2045

تقييم المستخدم: 5 / 5

تفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجوم
 

Oleh : Ali Aminulloh 

(Disarikan dari Orasi Syaykh Al Zaytun)

Saudara, Bukan Junior: Sebuah Etika Perjuangan

lognews.co.id - Di hadapan para wisudawan IAI Al-Azis, Senin (15/12), Syaykh Abdussalam Panji Gumilang, MP. tidak membuka orasinya dengan jarak hierarkis. Tidak ada kata “adik”, tidak ada pula “junior”. Yang ada hanyalah satu panggilan: saudara" ujarnya

Beliau mengingatkan, Nabi Muhammad tidak membangun perjuangan dengan relasi senior–junior, melainkan dengan kesetaraan perjuangan. Mereka yang berjalan bersama pemimpin adalah saudara, bukan bawahan. Di titik inilah penghormatan akademik bermula: dari pengakuan martabat manusia yang setara dalam cita-cita bangsa.

Indonesia sebagai Tanah Suci Peradaban

Indonesia, dalam pandangan Syaykh Panji Gumilang, bukan sekadar wilayah geografis. Indonesia adalah tanah suci peradaban, ardhun thahirah.

Bukan suci karena simbol, tetapi karena nilai: Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial. Pancasila bukan slogan, melainkan sistem nilai hidup yang seharusnya dibaca, dipahami, dan diamalkan. “Iqra Pancasila,” tegasnya. Bacalah dasar bangsa ini dengan kesadaran intelektual dan spiritual.

Syaykh orasi iai al aziz

Menjelang Satu Abad Indonesia: Hak Berpikir Ada pada Rakyat, Tahun 2045 bukan sekadar angka. Ia adalah ujian sejarah.

Syaykh Panji Gumilang menegaskan, memikirkan masa depan Indonesia bukan monopoli pemerintah. Setiap warga negara baik akademisi, mahasiswa, rakyat biasa, memiliki hak dan kewajiban moral untuk ikut merancang arah bangsa. Dua puluh tahun bukan waktu yang panjang, tapi cukup untuk menentukan: Indonesia menjadi pemain utama dunia atau tetap penonton.

Ketika Kekayaan Alam dan Manusia Tak Dikelola dengan Bijak

Indonesia memiliki dua kekuatan besar: Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia. Namun keduanya sering berjalan sendiri-sendiri.

Ia mengkritik kebijakan yang tidak konsisten, pembangunan yang terputus, dan pengelolaan alam yang serampangan. Kekayaan yang seharusnya menjadi berkah justru melahirkan kekacauan ketika kehilangan arah nilai dan ilmu.

Belajar dari Sejarah: Etika, Pendidikan, dan Keberanian

Dalam refleksi sejarah, Syaykh Panji Gumilang mengingatkan bahwa bahkan penjajahan Belanda pernah mengenal politik etis: irigasi, pendidikan, dan transmigrasi.

Ironisnya, di era kemerdekaan, etika justru kerap tertinggal. Pendidikan lebih sibuk menghasilkan konsep di atas kertas, bukan karya nyata. Padahal bangsa besar dibangun oleh pendidikan terapan, yang bekerja, mencipta, dan membangun.

LSTEAMS: Merajut Ilmu, Hukum, dan Spiritual

Beliau menawarkan sebuah kurikulum masa depan: LSTEAMS yaitu Law, Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics, dan Spiritual.

Tanpa hukum, ilmu kehilangan arah. Tanpa spiritualitas, kemajuan kehilangan nurani. Pendidikan harus melahirkan manusia utuh: cerdas, berkarakter, dan berintegritas. Inilah fondasi manusia Indonesia Emas.

Indonesia Lumbung Pangan Dunia

Dengan pendekatan ilmiah dan terapan, Indonesia sangat mungkin menjadi penyuplai pangan bagi dua miliar penduduk dunia.

Bukan dengan membuka hutan, tetapi dengan pertanian presisi, teknologi, dan tenaga terdidik. Sawah yang pernah ditata sejarah bisa dihidupkan kembali, yang lebih adil, lebih produktif, dan berkelanjutan.

Transportasi, Energi, dan Kemandirian Bangsa

Gagasan besarnya melampaui wacana: rel kereta antarpulau, tol laut yang nyata, industri strategis nasional, hingga energi nuklir damai untuk kemanusiaan.

Semua itu bukan mimpi jika ditopang oleh pendidikan politeknik yang kuat dan keberanian politik untuk mandiri.

Indonesia Emas Bukan Hadiah, Tapi Pilihan

Di bagian penutup, Syaykh Panji Gumilang menegaskan:

Indonesia Emas 2045 adalah panggilan sejarah, bukan hadiah otomatis. Ia menuntut keberanian berpikir, konsistensi nilai, dan kesetiaan pada Pancasila. Bangsa ini tidak kekurangan kekayaan, yang kurang adalah keyakinan pada jati dirinya sendiri.