الثلاثاء، 15 تموز/يوليو 2025

Merajut Persaudaraan Abadi di Al-Zaytun: Kisah Tradisi Salat Gaib

تقييم المستخدم: 5 / 5

تفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجوم
 

lognews.co.id Indonesia - Tradisi, sebuah jalinan kebiasaan yang diulang-ulang oleh suatu komunitas, memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk karakter dan identitas. Dalam kacamata ajaran Islam, tradisi dikenal sebagai "Urf", sebuah konsep yang diakui pula dalam hukum positif Indonesia dengan disahkannya UU No. 1 Tahun 2023 tentang KUHP yang mengakomodir hukum adat sebagai pertimbangan. Sebagaimana kaidah fikih menyatakan, "al-Adatu Muhakkamatun" (adat kebiasaan itu menjadi pertimbangan hukum), tradisi bukan sekadar rutinitas, melainkan fondasi nilai yang menguatkan sendi-sendi masyarakat. Mahad Al-Zaytun, sebagai pusat pendidikan yang mengusung nilai toleransi dan perdamaian, memahami betul esensi ini. Berbagai tradisi unik pun tumbuh subur di dalamnya, meliputi aspek keagamaan, pendidikan, olahraga, kesehatan, hingga pemakanan. Salah satu yang cukup menarik adalah tradisi salat gaib.

Salat Gaib: Dari Ritual Sesekali Menjadi Kebiasaan Mengakar.

Lazimnya, salat gaib dilaksanakan sesekali, tatkala ada kabar duka yang menyelimuti. Namun, di Al-Zaytun, salat gaib telah menjelma menjadi sebuah tradisi yang mengakar, dilaksanakan secara rutin setiap selepas salat Jumat. Setelah Syaykh menyampaikan zikir Jumat, daftar nama-nama yang akan disalatkan gaib dibacakan, dan salat dipimpin langsung oleh Syaykh Al-Zaytun. Tradisi ini, yang telah berlangsung lebih dari 21 tahun, sejak Oktober 2004. Shalat ghaib tidak hanya ditujukan bagi civitas akademika Mahad Al-Zaytun, melainkan juga keluarga civitas, wali santri, bahkan tokoh-tokoh nasional dan internasional. Yang lebih menyentuh hati, doa-doa tersebut melampaui batas keyakinan. Tokoh lintas agama, seperti mendiang Paus Benediktus, pun turut didoakan, menunjukkan betapa Al-Zaytun mengedepankan nilai kemanusiaan universal.
Prosedur pengajuannya pun sederhana: cukup mengirimkan nama, bin, hubungan dengan kampus atau jabatan, usia, dan tempat wafat. Petugas sekretariat pendidikan akan merekap seluruh ajuan. Selanjutnya disampaikan ke "Kantor 2005" – sebuah nama yang lebih akrab di telinga civitas dibanding sebutan resmi Kantor Mahad Al-Zaytun, karena nomor ekstensionnya. Berikutnya data tersebut disampaikan kepada Ustadz Abdul Halim, yang kemudian membacakannya di hadapan jemaah salat Jumat Masjid Rahmatan lil Alamin.

Empati Tanpa Batas: Angka Bicara Kisah Persaudaraan

Data lima tahun terakhir menjadi saksi bisu betapa tradisi salat gaib ini telah mengakar kuat. Rata-rata 320 orang disalatgaibkan setiap tahunnya, atau sekitar 26 orang setiap bulan. Angka ini fluktuatif namun konsisten menunjukkan tingginya animo civitas untuk mendoakan mereka yang telah berpulang. Pada tahun 2020, tercatat 277 orang, meningkat menjadi 396 pada 2021, sedikit menurun di 2022 menjadi 274, kemudian kembali naik menjadi 345 pada 2023, dan sedikit menurun menjadi 311 pada 2024. Hingga pertengahan Juni 2025, sudah 148 orang yang diajukan.
Angka-angka ini bukan sekadar statistik. Di baliknya terhampar kisah-kisah persaudaraan yang tak lekang oleh waktu, bahkan melampaui batas kehidupan. Tradisi salat gaib ini menunjukkan dengan gamblang bahwa ikatan yang dibangun di Al-Zaytun tidak berhenti saat seseorang wafat. Empati dan doa bersama terus mengalir dari sekitar 4.000 jemaah Masjid Rahmatan lil Alamin, merangkul mereka yang telah tiada dalam bingkai persaudaraan abadi.

Epilog:
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, Mahad Al-Zaytun berdiri teguh sebagai mercusuar yang memancarkan cahaya nilai-nilai luhur. Tradisi salat gaib, yang mungkin terlihat sederhana, adalah penjelmaan nyata dari komitmen mereka terhadap kemanusiaan dan persaudaraan tanpa batas. Ini bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan sebuah deklarasi bahwa kasih sayang dan kepedulian tak mengenal sekat, bahkan saat maut memisahkan. Bukankah ini adalah inti dari sebuah peradaban yang sehat, cerdas, dan manusiawi? Sebuah warisan tak ternilai yang patut kita renungkan dan teladani.