Lognews201.com, Jakarta Analis DFCX Futures Lukman Leong menilai tingginya harga tembaga saat ini merupakan kombinasi ekspektasi permintaan yang meningkat serta penurunan pada produksi global.
Selain itu, China yang kembali membuka perekonomiannya juga meningkatkan ekspektasi aktivitas ekonomi yang lebih tinggi dan peningkatan permintaan input industri.
“Permintaan akan meningkat besar dari pembukaan ekonomi China yang merupakan konsumen tembaga terbesar di dunia,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (12/1).
Lukman memprediksi harga tembaga akan berkisar di US$ 9 000-US$ 11.000 per ton sepanjang 2023. Sementara itu, Sutopo memproyeksikan bahwa harga tembaga selama 2023 bisa kembali turun di kisaran US$ 4.000-US$ 4.500 per ton di akhir 2023.
Dari halaman website resmi pemerintah Indonesia, berencana membuat larangan ekspor tembaga mentah, hal itu disampaikan Presiden dalam sambutannya pada Mandiri Investment Forum 2023, di Ballroom Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (01/02/2023).
“Ini nikel sudah setop. Saya sudah sampaikan lagi, bauksit di Desember kemarin, bauksit setop bulan Juni. Nanti sebentar lagi, mau saya umumkan lagi tembaga setop, tahun ini setop,” kata Presiden Jokowi.
Diperkirakan mulai Juni 2023 pemerintah akan memberlakukan pelarangan ekspor bijih bauksit dan mendorong industri pengolahan dan pemurnian bauksit di dalam negeri.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara atas kebijakan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang melarang kegiatan ekspor bijih bauksit dimulai pada Juni 2023.
“Pada dasarnya, larangan ekspor bijih bauksit itu supaya negara bisa mengembangkan nilai tambah melalui pembangunan hilirisasi atau pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri” ujarnya
(Amr-untuk Indonesia)



