lognews.co.id, Jakarta - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy’ari memenuhi panggilan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) atas kasus dugaan asusila di Jakarta, Rabu (22/5/2024).
Kuasa hukum pengadu Aristo Pangaribuan mengatakan adanya indikasi-indikasi penyalahgunaan jabatan oleh Hasyim terkait perkara yang menimpanya
"Tadi kami mengajukan untuk memperkuat argumentasi, kami mengajukan dua ahli, yang pertama dari Komnas HAM dan dari Komnas Perempuan, yang keduanya mengonfirmasi argumentasi kami," kata Aristo di Kantor Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) RI, Jakarta, Rabu. (22/5/2024).
Ia menjelaskan bahwa dua ahli itu dihadirkan dalam sidang kasus dugaan asusila karena berkaitan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS).
"Iya, pasti kerangkanya itu karena tugas lembaganya sebagai pemantau framework (kerangka kerja) UU TPKS," jelasnya.
Walaupun demikian, Arsito tidak dapat memberitahukan lebih lanjut mengenai kekerasan seksual yang dialami korban.
"Mohon maaf saya tidak bisa lebih spesifik dari itu," ujarnya.
Sementara itu, persidangan perdana kasus dugaan asusila yang dilakukan Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari telah selesai dilaksanakan selama sekitar delapan jam atau berakhir sekitar pukul 17.15 WIB.
Sebelumnya, pada Kamis, 18 April 2024, Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari dilaporkan ke DKPP RI oleh Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum dan Pilihan Penyelesaian Sengketa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (LKBH-PPS FH UI) dan Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK).
Kuasa Hukum korban Maria Dianita Prosperianti menjelaskan bahwa perbuatan Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari sebagai teradu termasuk dalam pelanggaran kode etik berdasarkan Peraturan DKPP Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilihan Umum.
Maria mengatakan bahwa dalam pelaporan kepada DKPP RI telah disampaikan sejumlah bukti yang menunjukkan pelanggaran kode etik oleh Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari.
Ia menyebut Hasyim Asy'ari mementingkan kepentingan pribadi untuk memuaskan hasrat seksualnya.
"Sudah ada beberapa belasan bukti, ya, seperti screenshot (tangkapan layar) percakapan, foto, dan video, serta juga bukti-bukti. Tadi sudah saya jelaskan, bukti ini bisa menunjukkan benar-benar yang terstruktur, sistematis, dan aktif, dan di sini juga teradu memberikan manipulasi informasi serta juga menyebarkan informasi rahasia untuk menunjukkan kekuasaannya," katanya.


