lognews.co.id, Indonesia - Teknologi Kemandirian pangan yang diterapkan di Ma'had Al-Zaytun menarik perhatian HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) yang mewadahi berbagai unsur profesi petani, baik petani hutan, petani padi, sayur, hingga perikanan untuk kesejahteraan dan bergotong royong kedalam cita cita pemerintah mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia.
Ketua HKTI Indramayu H. Gorri. S. dalam diskusinya dengan Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang pada Sabtu (1/3/2025) di dalam ruangan Masjid Rahmatan Lil Alamin menyampaikan Keinginannya untuk bekerjasama dengan penggarap lahan pertanian Al-Zaytun yang bernama P3KPI (Paguyuban Petani Penyangga Ketahanan Pangan Indonesia) membuat suatu projek percontohan ketahanan pangan nasional yang modern.
Syaykh Panji Gumilang menjelaskan ketahanan pangan yang telah dilakukan olehnya menerapkan pertanian presisi yaitu pertanian dengan pendekatan modern secara keseluruhan dengan mempersiapkan pra tanam, musim tanam, musim panen, perjalanan menuju ketempat pengeringan, kemudian penyimpanan kedalam silo, Penggilingan modern, dan pengemasan.
Diskusi juga menekankan pentingnya fokus pada komoditas utama seperti beras, jagung, dan singkong. Beras dianggap sebagai kebutuhan pokok yang harus tetap menjadi prioritas dalam kebijakan pangan nasional, selain itu, jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sementara singkong memiliki potensi untuk diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi tinggi.
"Ayo kita buat beras, HKTI harus tampil didepan, membuat sentral beras untuk Indonesia" ujar Syaykh menyemangati.
Hal ini diungkapkan Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang karena melihat fenomena petani Indonesia yang terjebak untuk menanam pohon tanaman lain selain pertanian pokok seperti beras. Ada petani yang beralih menanam pohon jabon misalnya, padahal menurut Syaykh sudah terbukti dan teruji dari dahulu bahwa pohon yang bagus dan bernilai ekonomi tinggi adalah pohon Jati, umur 25 tahun sudah bisa dimanfaatkan, adapula petani yang tergiur dengan tanaman porang.
Kemudian dalam prosesnya Syaykh Al-Zaytun memaparkan keterlibatan masyarakat dalam mengolah pertanian di Al Zaytun melalui P3KPI, sistem ini dapat meningkatkan efisiensi dan penghematan biaya, dengan tetap memberikan keuntungan kepada petani.
Kepada ketua HKTI Indramayu, Syaykh Panji Gumilang menitipkan dua pesan yaitu menciptakan rasa aman kepada petani di Indramayu yang ketika datang musim pana, tersedia air, dan ketika datang musim penghujan tidak kebanjiran.
"Selama ini nasib petani bila ada sawah terendam tidak ada yang menolong, padi sudah menguning, dua hari mau panen datang hujan dari gunung, sawah terendam, gak ada yang datang ngelayat, gak ada !, nah itu nasib petani" jelas Syaykh.
Kemudian Syaykh Panji Gumilang menjabarkan filosofi dari pepatah Tiongkok "No g Fu Guo Qiang," yang bermakna petani kaya negara jaya.
"Tugas HKTI "Nong Fu Guo Qiang" petani kaya negara jaya, Petani miskin negaranya sumpek" ujar Syaykh Panji Gumilang.
Dijelaskan Syaykh bahwa pertanian dan ketahanan pangan hakikatnya bersumber dari Al Qur'an dan diamalkan maka Ma'had Al-Zaytun sebagai Pusat pendidikan telah mempersiapkan petani petani muda yang ketika lulus dari pendidikan Ma'had mampu mengamankan Indonesia melalui penguatan pemakanan karena dibekali keahlian berupa pertanian dengan pendekatan yang modern.
"Disini petani muda terdidik sudah tersedia, yang terdidik dan cinta pertanian, disini dididik di lingkungan pesantren tapi bisa menghasilkan (lulusan/red) pertanian yang modern" kata Syaykh Panji Gumilang.
Bentuk tunjuk ajar Syaykh Panji Gumilang terlihat pada kelas 11 Madrasah Aliyah yang sudah melakukan penelitian pertanian dengan cara turun lahan pertanian baik sayur mayur, hydroponik, hingga mengembangkan padi penelitian Syaykh Panji Gumilang, satu satunya di Indonesia yaitu padi yang diberi nama Gloria (gemah ripah loh jinawi Republik Indonesia Raya) bermakna "glory" atau kejayaan.
"anak anak sudah bisa menghitung kalau sistem jajar legowo, berjarak legowonya 50, jarak antar baris 30, dalam baris 30, malainya berapa, malai tertingginya berapa isinya, malai rata rata berapa, semua dikalikan 1.000 X 27 tiap gram dikalikan jumlah titik tanam, "Oh nanti ini Syaykh, akan menghasilkan sekian ton" sudah bisa begitu" ujar Syaykh menjelaskan.
Kemudian ditempat terpisah, Ketua HKTI Indramayu H. Gorri. S. menerima semua masukan yang diberikan oleh Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang agar Indramayu membuat sentra beras untuk ketahanan pangan Indonesia, dan membuat projek percontohan ketahanan pangan nasional di lahan Al-Zaytun.
Dalam wawancara bersama wartawan senior HA Nasution, H. Gorri menerangkan bahwa Al Zaytun adalah aset Indonesia yang ada di Indramayu artinya "aset reang" sehingga menurutnya masyarakat perlu menerima informasi yang jelas mengenai Al Zaytun, bukan informasi berdasarkan "katanya katanya", dirinya pun menjamin ucapannya adalah benar karena melihat sendiri dengan teknologi yang diterapkan di Al Zaytun ada hasilnya, maka menurutnya seharusnya Al-Zaytun dijadikan tempat studi banding dari Kabupaten yang ada, karena menurutnya pertanian di Indonesia masih tertinggal maka butuh wawasan ataupun ilmu seperti yang sudah dialaminya saat berkunjung dan berdiskusi bersama Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang.
"Saya bangga dengan Al-Zaytun l, apapun itu Al-Zaytun adalah aset kita dan saya melihat sendiri tidak ada ruginya Indramayu dan Indonesia dan seharusnya dijadikan tempat studi banding," ujar H. Gorri dalam wawancaranya.
Dari hasil dari diskusi dan kunjungan HKTI Indramayu ini, H. Gorri menjelaskan akan menyampaikan secara tertulis dan lisan kepada pimpinan dijajaran DPP Jawa Barat dan Pusat bahwa Syaykh Al-Zaytun mendukung adanya HKTI dan semua program dibawah pimpinan Fadli Zon sebagai ketua umum HKTI dan pembina Prabowo Subianto selaku pembina HKTI. (Amri -untuk Indonesia).