Tuesday, 15 July 2025

Indonesia Emas 2045, Hari Pendidikan Nasional : Syaykh Panji Gumilang, "Hadiahkan Gagasan Bangun 500 Titik Ekosietem Pendidkan yang Tidak Terputus Abad 21 Bersama Para Profesor Pendidikan

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

lognews.co.id, Indonesia – Ma’had Al-Zaytun memperingati Hari Pendidikan Nasional dengan Simposium Pendidikan Nasional selama tiga hari berturut-turut, dimulai pada Rabu, 30 April 2025, dilanjutkan 1 Mei, dan puncaknya pada Jumat, 2 Mei 2025.

Acara simposium Hari Pendidikan Nasional ini juga di siarkan secara live di Youtube lognewstv, sedangkan peserta yang hadir seramai 3.000 orang terdiri atas dosen, guru, mahasiswa, pelajar, serta wali pelajar Ma’had Al-Zaytun memenuhi Masjid Rahmatan Lil Alamin, acara ini mengusung tema besar “Membangun Ekosistem Pendidikan yang Tidak Terputus Menyongsong Indonesia Emas 2045” dengan tujuan merumuskan strategi dan kebijakan dalam membangun ekosistem pendidikan berkelanjutan serta merancang ekosistem pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masa depan bangsa di abad ke-21.

IMG 20250503 WA0043

(Ketua Yayasan Pesantren Indonesia (YPI), Datuk Sir Imam Prawoto, KRSS., M.B.A., C.R.B.C., saat membuka acara akbar Simposium Hari Pendidikan Nasional (30/4/'25)

Acara pembukaan dimulai pukul 08.30 WIB dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza, dilanjutkan dengan seremoni resmi yang dibuka oleh Ketua Yayasan Pesantren Indonesia (YPI), Datuk Sir Imam Prawoto, KRSS., M.B.A., C.R.B.C., dan disambut secara khusus oleh Yang Amat Berhormat Syaykh Al-Zaytun, Syaykh Abdussalam Panji Gumilang, S.Sos., M.P.

Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Pesantren Indonesia, Imam Prawoto, M.B.A., menekankan pentingnya simposium sebagai media pembekalan untuk menjadi insan yang PINTAR (Professional, Integritas, Networking Strengthening, Trust Maintenance, Achievement Motivation, Realistis) dan Cerdas (Competence, Empowering Commitment, Reliable, Dedication, Affect, Simultanous) sehingga memiliki kompetensi, pemberdayaan, dan komitmen yang kuat sampai kemudian dapat diandalkan berkat ilmu pengetahuan yang diserap dari maha guru atau soko guru (narasumber).

Kepada peserta simposium, Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang membuka acara dengan perasaan gembira dan menilai bahwa keikutsertaan 3.000 orang yang cinta pendidikan ini sekaligus menandakan bahwa jika penduduk Indonesia seperti ini, maka bayangan Indonesia Emas 2045 tidak mengerikan, tetapi membanggakan karena mampu menggerakkan perubahan sistem pendidikan menyongsong Indonesia Emas 2045.

“Dan dari titik yang kecil ini, yang dekat 3.000 orang ini, kita akan berbincang bersama profesor-profesor kita untuk ikut menyumbangkan pandangan-pandangan kepada yang mempunyai kebijakan untuk menetapkan suatu kebijakan pendidikan di Indonesia,” ujar Syaykh (30/4/2025).

IMG 20250503 WA0047

(YAB. AS. Panji Gumilang, S.Sos., M.P ( Syaykh Al-Zaytun ) saat memberikan gagasan sistem pendidikan Indonesia terpusat di 500 titik pada pembukaan simposium Hari Pendidikan Nasional di Masjid Rahmatan Lil Alamin pada Rabu, 30/4/'25)

Peradaban

Syaykh mengingatkan bahwa jika bangsa Indonesia selalu saja mengurusi ekonomi secara terus-menerus maka peradaban akan hancur. Menurut Syaykh, ekonomi hanya mengatur apa yang dimakan dan dikeluarkan. Sebaliknya, pendidikan dapat mewujudkan peradaban, karena dari pendidikan mampu menciptakan Sains, teknologi, engineering, art, dan matematik (STEAM). Maka dari itu, pemegang kebijakan pendidikan harus berani membenahi pendidikan, walaupun butuh biaya yang besar, demi peradaban hitungannya menjadi kecil bagi Indonesia.

“Pendidikan, pendidikan, dan pendidikan mampu menciptakan sains, teknologi, engineering, art, dan matematik karena pendidikan. Maka pemegang kebijakan pendidikan harus berani menata Indonesia melalui pendidikan.”

Syaykh mencontohkan pendidikan yang dikelola militer output-nya bagus karena yang kedapatan tidak disiplin dan semena mena mendapat jeweran. Oleh karenanya, output masyarakat sipil bisa bagus jikalau mau menata pendidikannya.

Moral Pancasila

Selanjutnya, Syaykh mengajak untuk mengimani Pancasila bahkan mengakidahinya, karena peradaban Indonesia hanya akan tercapai dengan moral Pancasila, bukan dengan agama. Syaykh menegaskan bahwa kita sudah memiliki Pancasila, mental Pancasila, etika Pancasila, moral Pancasila, dengan ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial yang sangat luar biasa. Syaykh mengarahkan agar jangan pernah takut dan menyarankan agar pendidikan Indonesia jangan dikelompokkan kepada agama.

“Pancasila tempatnya untuk membangun peradaban Indonesia, jangan dipilah oleh agama,” jelas Syaykh.

Namun, bila Kementerian Agama mengatur pendidikan maka kalimatnya tergabung dan menjadi pendidikan agama, termasuk orang Islam mempelajari agamanya sendiri. Sedangkan peradaban Islam bukan diartikan dengan peradaban agama karena secara harfiah “A” adalah tidak dan “gama” adalah kacau.

Disesuaikan dengan tantangan zaman abad ke-21 dengan pengaruh teknologi yang kuat dan serba cepat, Syaykh menginginkan ke depan yang mengatur pendidikan diserahkan hanya kepada Kementerian Pendidikan, tidak lagi diserahkan kepada kementerian lainnya, untuk itu dalam acara akbar symposium ini Syaykh meminta para profesor yang hadir dalam simposium untuk menjabarkan STEAM yang menjadi dasar pendidikan abad ke-21.

“Alhamdulillah hari ini para ilmuwan datang, khususnya Bapak kita yang ahli matematik. Tolong jabarkan, Pak. Science, technology, engineering, art, and mathematic, itu dasar dari kurikulum abad ke-21,” kata Syaykh.

Pendidikan Terpusat 500 Titik

Selanjutnya, Syaykh memaparkan gagasan menata pendidikan dengan memusatkannya di 500 titik agar pendidikan Indonesia memiliki kesetaraan, dengan jumlah pelajar dari kelas 1 hingga 15 mencapai 60 juta dengan luas 3.000 hektare untuk satu titik dengan guru 10% atau 6 juta guru. Bila dikelola dengan mengelompokkan pendidikan orang kaya dan khusus orang miskin maka potret pendidikan di Indonesia menjadi antara miskin dan kaya. Seharusnya, mencerdaskan anak bangsa tidak dihitung miskin kaya.

Sebelum turun dari podium dan mengucapkan salam, Syaykh terlebih dahulu mengucapkan salam dengan ucapan “Salamun alaikum” dengan maksud agar peserta bisa mencarikan maksud dan makna dari ucapan tersebut.

Matematika yang Menyenangkan

Kemudian acara dilanjutkan dengan materi pertama yang disampaikan oleh Prof. Yohanes Surya, M.Sc., Ph.D., pakar pendidikan di bidang sains dan matematika yang terkenal karena metode GASING (Gampang, Asyik, dan Menyenangkan) serta menjadi pendiri Surya University.

IMG 20250503 WA0048

(Prof. Dr. Yohannes Surya
Ahli science, tecnology, enginering, mathematics ( STEM ) sedang menjelaskan dampak matimatika terhadap perkembangan kecerdasan anak)

Dalam sesi yang dimoderatori oleh Ust. Giri Khusnul Harist, S.I.Kom., Prof. Yohanes menekankan bahwa “Bukan hal yang mustahil bagi anak-anak Indonesia untuk menjadi juara nasional maupun internasional, asalkan memiliki kemauan kuat untuk belajar.”

Menurutnya, tidak ada anak yang bodoh, tapi persoalannya adalah belum mendapatkan kesempatan belajar dari guru yang hebat (great teacher) dan metode yang tepat.

Pendidikan Tidak Mendongeng

Materi kedua dibawakan oleh Prof. Dr. Imam Suprayogo, M.Pd., pakar pendidikan Islam sekaligus pemegang rekor MURI sebagai penulis artikel terbanyak, dengan lebih dari 4.000 karya tulis.

Dalam paparannya, Prof. Imam menyampaikan bahwa “Pendidikan yang maju adalah pendidikan yang berpijak pada benda nyata. Kita tidak hanya berbicara teori, tapi benar-benar menyentuh realita.” Sebagai contoh, ia mengangkat praktik ekstrakurikuler pertanian di Ma’had Al-Zaytun yang telah berhasil melaksanakan panen raya pada 13 April 2025 di atas lahan praktik seluas dua hektare.

IMG 20250503 WA0050

(Prof. Dr. Imam Suprayogo, M.Pd., saat mengisi Simposium Pendidikan Nasional 30/4/'25)

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berbasis praktik nyata adalah kunci keberhasilan pendidikan masa depan. Prof. Imam juga menegaskan bahwa “Kampus Ma’had Al-Zaytun merupakan salah satu lembaga yang paling siap menyongsong Indonesia Emas 2045, karena telah membangun ekosistem pendidikan yang tidak terputus,” sejalan dengan tema besar simposium ini.

Simposium ini menjadi bagian penting dari upaya memperkuat fondasi pendidikan nasional yang terintegrasi, berkelanjutan, dan adaptif terhadap tantangan zaman, menuju Indonesia yang unggul dan berdaya saing tinggi pada 2045.

Untuk pemateri dihari kedua pada 1 Mei 2025, Prof. Dr. K. Ng. H. Imron Arifin, M.Pd. (Guru Besar Universitas Negeri Malang, Ahli Kebijakan Pendidikan) menjadi pemateri pertama.

Diketahui narasumber yang menjadi pembicara ini juga pernah manjadi tamu narasumber program log is Files dengan host H.A Nasution, akun youtube lognewsTV, seperti Prof. Imam Suprayogo, Prof Imron Arifin, dan Prof Supriyoko.

 Selanjutnya dalam pemaparannya, Prof. Imron menegaskan bahwa:
“Konsep pendidikan Indonesia Emas 2045 berfokus pada pembentukan sumber daya manusia yang cerdas, kompeten, dan berdaya saing tinggi, serta mampu beradaptasi dengan perubahan global.”

Ia juga menyampaikan bahwa generasi Indonesia Emas diharapkan menjadi pemimpin dan penggerak perubahan positif bangsa untuk mewujudkan ekosistem pendidikan yang tidak terputus.
Prof. Imron merumuskan tiga strategi implementasi utama:

  1. Penguatan perilaku pendidikan dan kebudayaan
  2. Peningkatan akses dan mutu pendidikan
  3. Pengembangan efektivitas birokrasi pendidikan

IMG 20250503 WA0084

Prof. Imron juga menambahkan bahwa:
“Syekh Panji Gumilang merupakan teladan inspiratif dalam kepemimpinan transformasional yang nasionalis dan religius. Kepemimpinan beliau mencerminkan integrasi antara semangat kebangsaan dan nilai-nilai keagamaan, yang sangat relevan dalam membangun pendidikan berkelanjutan.”

IMG 20250503 120418

Terkait gagasan membangun 500 titik ekosistem pendidikan tidak terputus menyongsong Indonesia Emas-yang berarti tersisa 20 tahun lagi-Imron mengatakan bahwa dirinya tidak heran mengapa gagasan besar itu keluar dari Syekh. Ia menilai Syekh Panji Gumilang adalah sosok “role model for the inspiring teachers, inspiring fathers”, yaitu bapak yang memberikan inspirasi, guru yang memberikan inspirasi, yang berbasis Religion Nationalist Transformational Leaders in Ma’had Al-Zaytun. Karena itu, ia sangat setuju jika ribuan pelajar menimba ilmu di kampus Ma’had Al-Zaytun, sebab Syekh merupakan keturunan kiai besar, bukan kiai nasib.

“Ternyata beliau ini adalah cucu Kiai Fakih Mas Kumambang, pendiri Nahdlatul Ulama. Sehingga kalau Syekh Panji Gumilang kemudian menjadi tokoh keulamaan, ulama yang intelektual, intelektual yang ulama, itu pantas karena nasabnya nasab kiai,” ujar Prof. Imron.

Sehingga Prof. Imron mengeluarkan pernyataan bahwa Syekh Panji Gumilang adalah sang pembaharu pendidikan abad ke-21.

“Saya punya satu kesimpulan bahwa Syekh Panji Gumilang itu adalah avant-garde, pelopor, dan selalu visioner, pandangannya ke depan, sehingga saya melihat masih belum ada tokoh Ma’had yang sekaliber beliau,” ujar Prof. Imron.

Kemudian materi disesi ke 2 dibawakan oleh Prof. Dr. Ciek Julyati Hasyim, M.M., M.Si.
(Ahli Pendidikan Karakter)

WhatsApp Image 2025 05 03 at 11.08.42

Prof. Ciek menyampaikan pentingnya pendidikan karakter berbasis teori Thomas Lickona, yang memiliki tiga dimensi utama:

  1. Moral Knowing – pemahaman nilai secara kognitif
  2. Moral Feeling – kesadaran dan empati terhadap nilai (emosional)
  3. Moral Action – tindakan nyata berdasarkan nilai (konatif)

Ia menekankan bahwa:
“Pendidikan karakter harus dimulai sejak dini dan dilakukan secara bertahap, agar anak naik ke level moral yang lebih tinggi. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan toleransi tidak bisa dipaksakan, melainkan dipahami dan diyakini melalui proses pembelajaran.”

Menurut Prof. Ciek, konsep ini sejalan dengan pendidikan holistik ala Ki Hajar Dewantara, yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan tidak boleh berhenti pada angka dan akademik, tetapi harus menyentuh dimensi karakter.”

Hari ketiga pada 2 Mei 2025, sekaligus puncak Simposium Hari Pendidikan Nasional 2025, menghadirkan Prof. Dr. Supriyoko, M.Pd. (Ahli Pendidikan Indonesia sekaligus Ketua Pendidikan dan Kebudayaan Majelis Luhur Taman Siswa Yogyakarta).

Dalam paparannya, beliau menegaskan pentingnya membangun ekosistem pendidikan berkelanjutan yang berpijak pada ajaran Ki Hajar Dewantara, dimulai dari pendidikan karakter dasar:

  1. Bakat dan ajar (lingkungan)
  2. Alam dan zaman
  3. Budi pekerti – sebagaimana hadis: “Innama bu’istu liutammima makarimal akhlak”
  4. Kekeluargaan
    Konsep Trihayu: Memayu hayuning sarira, memayu hayuning bangsa, memayu hayuning bawana.

IMG 20250503 095327

(Prof. Dr. Supriyoko, M.Pd. (Ahli Pendidikan Indonesia sekaligus Ketua Pendidikan dan Kebudayaan Majelis Luhur Taman Siswa Yogyakarta) sedang menjelaskan ajaran Ki Hajar Dewantara saat acara puncak memperingati hari Pendidikan Nasional di Al-Zaytun (2/4/'25))

Fondasi pendidikan nasional yang terintegrasi, berkelanjutan, dan adaptif terhadap tantangan zaman menjadi kunci menuju Indonesia yang unggul dan berdaya saing tinggi pada 2045.

Mengakhiri pemaparannya, Prof Supriyoko berterimakasih kepada Syaykh Panji Gumilang karena sudah diundang Kembali sekaligus belajar banyak dari apa yang dilakukan di Al Zaytun dan berencana akan ke Al Zaytun Kembali Bersama rombongan pendidik lainnya.

Simposium Hari Pendidikan Nasional 2025 ini menegaskan bahwa transformasi pendidikan Indonesia menuju 2045 bisa dilakukan dengan mencontoh apa yang dilakukan Ma’had AL - Zaytun dan apabila pemerintah melaksanakan gagasan besar pemerataan Pendidikan dengan membangun pusat Pendidikan terpusat di 500 titik maka Indonesia optimistis dapat melahirkan generasi emas 2045 yang siap menghadapi tantangan global dan membawa bangsa menuju kemajuan peradaban melalui Revolusi Pendidikan abad 21. (Amri-untuk Indonesia)