PEMILU
Tuesday, 10 June 2025

dari Masjid Membangun Peradaban: Al-Zaytun Menuju Transformasi Revolusioner Pendidikan Berasrama

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Oleh : Ali Aminulloh

lognews.co.id, Indonesia - Seusai Shalat Jumat di Masjid Rahmatan Lil Alamin (30/5/25), suasana khusyuk jamaah berlanjut dalam tradisi khas Al-Zaytun: Dzikir Jumat bersama Syaykh AS Panji Gumilang. Seperti biasa, Dzikir Jumat menjadi wadah edukatif, tempat Syaykh menyampaikan berbagai pandangan strategis untuk membangun kesadaran bersama. Kali ini, beliau menuturkan tentang rencana besar: Pelatihan Pelaku Didik, sebagai bagian dari upaya serius mewujudkan pendidikan berasrama yang revolusioner

Menuju Pendidikan Abad ke-21: Sebuah Gerakan Revolusioner

Program pelatihan ini dijadwalkan dimulai pada awal Juni, dengan menghadirkan Prof. Dr. Sutrisna Wibawa dari Yogyakarta sebagai pemateri utama. Surat undangan resmi telah dikirimkan kepada para pejabat penting: Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Menteri Pendidikan Tinggi, serta Menteri Kebudayaan. Meski belum ada jawaban, langkah awal ini telah diletakkan dengan mantap.

Adapun tema besar dari pembinaan pelaku didik ini adalah:
“Menuju Transformasi Revolusioner Pendidikan Berasrama demi Terwujudnya Wajib Belajar 15 Tahun untuk Menyongsong 100 Tahun Indonesia Merdeka dan Menuju Indonesia Modern Abad ke-21.”

Tema ini akan terus menjadi poros utama, sementara subtema dalam pertemuan-pertemuan mingguan akan disesuaikan dan berganti setiap pekan. Harapannya, meskipun transformasi ini belum sepenuhnya terwujud dalam waktu dekat, setidaknya pondasi nyatanya telah diletakkan—dan Al-Zaytun telah memulainya.

Pelatihan Pelaku Didik: Siapa Saja yang Terlibat?

Pada bulan Juni nanti, dua profesor akan hadir sebagai narasumber tamu. Salah satunya adalah tokoh nasional, Prof. Dr. Wardiman Djoyonegoro, yang akan mendalami isu-isu kunci dalam transformasi pendidikan berasrama. Program ini dirancang untuk menghadirkan minimal satu profesor setiap bulan. Karena itu, siapa pun yang memiliki kesempatan, diharapkan tidak melewatkannya—karena pelatihan seperti ini sangat berharga.

Transformasi ini bertujuan besar: pemerataan pendidikan secara menyeluruh di seluruh penjuru negeri, dengan kualitas yang setara. Dimanapun seseorang tinggal, pendidikan harus dapat diakses dan dinikmati.

Dalam sistem pendidikan ini, guru menjadi unsur utama. Para pelajar juga akan diseleksi untuk mengikuti program ini. Namun, keberhasilan sistem berasrama tidak hanya bergantung pada guru dan pelajar saja., tetapi juga unsur pelaku didik lainnya.

Pembimbing ekstrakurikuler, penanggung jawab olahraga, bagian pengamanan kampus, bagian penyaji makanan, bahkan petani penyedia bahan pangan, semuanya menjadi bagian dari pelaku didik. Setiap aspek kehidupan di dalam asrama turut menopang keberhasilan pendidikan. Bahkan petugas keamanan kampus pun turut dihitung sebagai pelaku didik yang tak terpisahkan.

Dengan melibatkan seluruh unsur ini secara menyeluruh dan terpadu, barulah transformasi pendidikan bisa disebut revolusioner.

Pendidikan Adalah Tanggung Jawab Negara

Pelaksanaan program wajib belajar 15 tahun harus dipahami sebagai bentuk tanggung jawab negara terhadap warganya. Jika diterapkan dengan baik, Indonesia akan mampu menatap masa depan dengan percaya diri sebagai bangsa modern di abad ke-21. Dan semua itu hanya bisa dipersiapkan melalui pendidikan yang matang.

Maka, Syaykh menegaskan: “Jangan ada satu pun yang absen dalam pelatihan ini.”

Masjid: Dari Tempat Ibadah ke Sentra Peradaban

Untuk menyukseskan program ini, panitia telah memilih lokasi yang representatif dan inspiratif: Masjid Rahmatan Lil Alamin. Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah ritual, melainkan simbol dari kebangkitan sosial dan transformasi peradaban.

“Kalau masjid hanya dijadikan tempat ritual, itu sudah biasa. Tapi jika masjid menjadi pusat transformasi sosial dan pendidikan, itulah makna sebenarnya dari membangun peradaban,” ujar Syaykh.

Seluruh kegiatan pelatihan akan disentralisasi di masjid ini. Dari masjid inilah akan berkumandang nilai-nilai transformasi revolusioner dalam dunia pendidikan.

Tema utama tetap dipertahankan sepanjang tahun, dengan penyesuaian pada sub-tema setiap bulannya sesuai dinamika dan kebutuhan pendidikan.

Kewajiban Peserta: Menyimak, Mencatat, Menanggapi

Bagi peserta pelatihan, dedikasi menjadi kunci utama. Mereka tidak hanya hadir, tetapi juga diwajibkan menyimpulkan materi yang disampaikan dalam setiap pertemuan, mencatat poin penting, dan memberikan tanggapan dalam sesi diskusi.

Untuk itu, panitia telah menyiapkan lembaran khusus dengan format seragam sebagai wadah dokumentasi tulisan peserta. Setiap akhir semester, catatan dan tanggapan peserta akan dikumpulkan dan disusun menjadi pedoman strategis bagi para pengambil kebijakan pendidikan. Dari dokumentasi tersebut, akan tergambar seberapa jauh transformasi pendidikan ini telah berlangsung.

Langkah yang Bermakna

Syaykh AS Panji Gumilang menutup penyampaiannya dengan pengingat penuh makna:
“Pelatihan ini harus menjadi langkah yang bermakna. Sebaik-baik kita adalah yang mampu memanfaatkan perjalanan hidupnya untuk memberi makna dan arah bagi masa depan.”