lognews.co.id Lamongan, Kemendikbudristek – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meresmikan kapal jenis pantjalang atau pencalang yang diberi nama “Putra Sunan Drajat” Ijon-Ijon “Putri Mayang Madu”
Diharapkan dapat menambah kecintaan generasi kepada kapal kayu tradisional yang sudah semakin langka menemukan para pengrajin kapal tradisional tersebut.
Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Beny Bandanadjaja, dalam sambutannya mengatakan bahwa kedua kapal yang diresmikan ini menjadi praktik baik dari program Matching Fund Vokasi dan juga SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan (SMK PK SPD). Kedua program tersebut merupakan program-program unggulan dalam Merdeka Belajar edisi vokasi yang diluncurkan oleh Kemendikbudristek.
Kapal tradisional ijon ijon Putri Mayang Madu adalah hasil karya Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) dan SMKN 3 Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, menggandeng PT Tunas Maritim Global sebagai mitra industri yang dipertemukan dalam program SMK PK SPD
Kapal kayu tradisional yang populer di masyarakat biasa disebut kapal ijon Ijon itu diberi nama Putra Sunan Drajat dan Putri Mayang Madu diambil dari Sunan Drajat yang juga dikenal dengan Sunan Mayang Madu, dengan panjang yang dimiliki 12 meter, lebar 3,5 meter, dan tinggi 1,5 meter, serta mampu berlayar hingga kecepatan maksimal 7 knot.
Sedangkan kapal Pencalang dibuat oleh PPNS melalui skema Matching Fund 2022 dengan melibatkan sejumlah mitra industri, di antaranya PT Blambangan Bahari Shipyard, PT Samudra Sinar Abadi, dan sejumlah mitra industri lainnya. Kapal Pencalang memiliki panjang 12,2 meter, panjang garis air 11,25 meter, tinggi 1,5 meter, dan lebar 4 meter. Kecepatan yang dimiliki berkisar 13,5 knot dengan daya angkut normal berkapasitas 5 orang
Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Anang Ristanto, memberikan apresiasi kepada PPNS dan SMKN 3 Buduran serta para mitra dunia usaha dan dunia industri atas kolaborasi yang dilakukan
“Saya sudah mencoba berlayar dengan menggunakan kapal tersebut. Ini hasil karya yang sangat luar biasa. Kami berharap hasil karya ini dapat menjadi contoh untuk terus menghasilkan karya yang inovatif,” tutur Anang.
Direktur PPNS, Eko Julianto, mengatakan bahwa keberhasilan pembuatan kapal tradisional yang dilakukan oleh PPNS dan SMKN 3 Buduran ini menunjukkan bahwa dukungan insan vokasi semakin kuat pada pendidikan vokasi di Indonesia
“Semoga ini bisa menjadi momentum kebangkitan dan melejitkan pendidikan vokasi,” pungkas Eko.
“Pembuatan kedua kapal tradisional sekaligus menjadi sarana belajar para siswa maupun mahasiswa melalui project based learning dan juga dalam rangka mendukung program Revitalisasi Jalur Rempah oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan,” kata Beny, di acara peresmian yang berlangsung di Dermaga Pelabuhan Penumpang, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, Senin (13/03).
Beny berharap proses yang sudah dilakukan bisa menjadi modul pembelajaran yang bisa diterapkan demi menjaga budaya maritim Indonesia.
“Dari proses pembuatan yang sudah berjalan ini semoga bisa dikembangkan menjadi modul pembelajaran terkait pembuatan kapal kayu untuk adik-adik kelas. Dengan demikian mereka akan bisa menjawab tantangan zaman ke depan terkait pelestarian kapal tradisional sebagai bagian dari budaya maritim Indonesia,” kata Beny.
Sementara itu, Wakil Bupati Lamongan, Abdul Rouf, mengucapkan terima kasih atas dukungan satuan pendidikan vokasi dalam membantu mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan teknologi terhadap para perajin kapal tradisional di Lamongan. “Kami berharap ini dapat mendukung kemajuan Lamongan dan melestarikan kapal-kapal tradisional," kata Abdul Rouf.
Kapal tradisional ijon-ijon yang dibuat oleh SMKN 3 Buduran menjadi salah satu kapal tradisional khas yang dibuat secara turun temurun oleh masyarakat Paciran.
“Perahu ijon-ijon sudah dikenal luas dan diminati konsumen, dibuktikan banyaknya pesanan. Kami harap dengan kegiatan ini bisa ada transfer teknologi dari SMK ke masyarakat,” kata Abdul Rouf. (Amr-untuk Indonesia)


