lognews.co.id, Pekalongan – Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) kini terbuka untuk mahasiswa non muslim. Artinya PTKIN sejalan dengan sistem pendidikan yang lebih terbuka.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Kemenag Ahmad Zainul Hamdi meminta PTKIN untuk lebih bersikap proporsional kepada mahasiswa non muslim yang telah diterima jadi mahasiswa.
Hal itu disampaikan melalui Forum Group Discussion (FGD) di Makassar, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu. Menurutnya para pimpinan PTKIN harus memiliki mindset terbuka dengan memberikan regulasi yang ada.
“Jikalau sudah berani menerima mahasiswa non-muslim kuliah di kampusnya, ya harus memiliki mindset terbuka dan berlaku adil untuk mereka,” ungkap Ahmad, mengutip dari laman Kemenag, Senin (2/10).
Dikutip dari milenialnews.com, Gibrat dan Laurance mengambil Program Studi Ekonomi Syariah, dan Aaron mengambil prodi bahasa Inggris. Mereka tiba di Indonesia pada bulan Agustus dan ditempatkan disalah satu pesantren yang lokasinya tak begitu jauh dari kampus.
Pondok Pesantren Al-Aziziyah yang jadi tempat mereka, diasuh oleh Dr. KH. Moh. Fatheh, juga merupakan salah satu Dekan Fakultas Syariah UIN KH. Abdurrahman Wahid.
Gibrat salah satu mahasiswa dari Filipina, bercerita alasan kenapa memilih UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Rupanya sebelum berkuliah, ia telah mempelajari bahasa dan budaya Indonesia sejak lama. Bahkan di sekolahnya dulu pun ia mempelajari banyak tentang Indonesia
Sebagai non muslim ia merasakan di Indonesia memiliki nilai toleransi sangat tinggi. “Kami bukan orang Islam, tapi kami sangat senang sekali kuliah di kampus Islam. Orang-orangnya sangat lucu dan baik, kadang juga bercanda tentang agama tapi kami biasa saja. Di Filipina juga kami banyak berteman dengan orang Islam tapi itu tidak masalah,” jelasnya.
Soal berpakaian, dikampus ini tidak dipaksakan untuk mengenakan hijab namun tetap sopan dan tidak berpakaian ketat dan terbuka.
Sebagai pondasi agar moderat dapat terealisasi, di PTKIN terutama UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan diberikan mata kuliah Moderasi Beragama. Moderasi beragama menjadi mata kuliah baru yang diselenggarakan dan diberikan kepada mahasiswa. Jembatan kekuatan sikap moderat diharapkan dapat kuat sebagai lintasan menuju sikap moderat.
Di PTKIN semua orang diterima dengan pintu terbuka, tak peduli latar belakang jabatan, asal negara, agama, maupun kehidupan sosialnya. Karena sejatinya lembaga pendidikan dibuat untuk mewujudkan sikap harmoni antar sesama umat manusia dengan dipadukan nilai moderat, kebersamaan, keterbukaan, dan berakhlakul Karimah.
Di sisi lain PTKIN dengan konsep yang moderat mewujudkan kerukunan antar sesama umat beragama, dan menjunjung nilai kemanusiaan serta peka terhadap kemajuan perdamaian manusia. (Amr-untuk Indonesia)