Oleh Ali Aminuloh
Ketika Wisuda Menjadi Gerbang Etos Kerja, Keberanian, dan Masa Depan Bangsa
Wisuda ke-6 Institut Agama Islam Al-Aziz, Senin (15/12) bukan sekadar seremoni akademik. Di balik toga dan senyum para lulusan, tersimpan satu pesan besar: ilmu harus bergerak, bekerja, dan mengubah peradaban. Pesan itu disampaikan dengan tenang namun berlapis makna oleh Rektor IAI Al-Aziz, Datuk Sir Imam Prawoto KRSS, MBA. CRBC. dalam pidato yang lebih menyerupai refleksi perjalanan panjang pendidikan dan kemanusiaan.
Wisuda sebagai Titik Awal, Bukan Puncak
Di hadapan wisudawan dan orang tua, rektor menegaskan satu hal penting: wisuda bukanlah akhir, melainkan babak awal dari tanggung jawab yang lebih besar. Gelar sarjana bukan tujuan, tetapi amanah yang kelak diuji dalam dunia nyata, di tengah masyarakat, dan dalam pengabdian kepada bangsa.
Hari itu, sebanyak 271 wisudawan resmi dilepas. Mereka bukan hanya lulusan dari tiga fakultas, tetapi juga generasi yang ditempa untuk membawa nilai, bukan sekadar ijazah.
Prestasi yang Lahir dari Disiplin dan Kesungguhan
Prestasi akademik para lulusan menjadi bukti nyata. Tiga mahasiswa terbaik, seluruhnya perempuan, menorehkan capaian membanggakan dengan IPK nyaris sempurna. Bagi rektor, capaian ini bukan kebetulan, melainkan hasil dari etos kerja, motivasi, dan disiplin yang terus ditanamkan.
Nilai-nilai inilah yang menjadi tema besar wisuda tahun ini: menumbuhkan sumber daya manusia produktif, bukan hanya pintar, tetapi juga tangguh dan konsisten.
Novum Gradum: Jalan Baru Pendidikan Indonesia
Dalam pidatonya, Rektor IAI Al-Aziz mengulas gagasan besar yang digagas Grand Chancellor Al-Aziz: Novum Gradum, sebuah konsep revolusioner pendidikan berasrama yang memadukan ajaran ilahi, budaya riset, dan kemampuan berpikir deduktif-induktif.
Gagasan ini tidak berhenti sebagai konsep. Ia diarahkan menjadi jalan baru pendidikan nasional, dengan visi hadir di 500 kabupaten dan kota, menjawab tantangan Indonesia modern abad ke-21, dan menyongsong 100 tahun kemerdekaan.
Budaya Riset sebagai Identitas Lulusan
IAI Al-Aziz, menurut rektor, tidak ingin melahirkan sarjana yang pasif. Karena itu, budaya meneliti dijadikan identitas lulusan. Dalam tiga tahun terakhir, ratusan artikel ilmiah dosen dan mahasiswa terpublikasi di tingkat nasional dan internasional. Ratusan program pengabdian masyarakat juga dijalankan.
Prestasi mahasiswa pun melampaui ekspektasi: dari lomba karya ilmiah, keuangan syariah, seni kreatif, hingga kejuaraan olahraga dan kompetisi inovasi ilmiah internasional. Semua itu menegaskan satu hal: daya saing global bisa lahir dari kampus berbasis nilai.

Motivasi dan Disiplin: Dua Sayap Produktivitas
Dengan analogi sederhana namun tajam, rektor menjelaskan perbedaan motivasi dan disiplin. Motivasi ibarat baterai yang bisa penuh dan bisa habis. Disiplin, meski tak selalu penuh, membuat seseorang tetap berjalan stabil.
Keduanya harus dipadukan. Tanpa disiplin, motivasi cepat padam. Tanpa motivasi, disiplin kehilangan arah. Dalam konteks inilah etos kerja lahir sebagai kebiasaan hidup, bukan sekadar slogan.
Keberanian Mengubah yang Mustahil Menjadi Nyata
Rektor juga menyinggung keberanian tokoh-tokoh besar yang menginspirasi perjalanan IAI Al-Aziz dan Al-Zaytun. Keberanian membangun, melampaui keterbatasan, dan tetap teguh meski dianggap mustahil. Dari sanalah perubahan lahir.
Pesannya kepada para wisudawan jelas: keberanian adalah fondasi perubahan. Tanpa itu, ilmu hanya akan menjadi arsip, bukan cahaya.

Metamorfosis: Dari Mahasiswa Menjadi Manusia Paripurna
Menutup refleksinya, rektor mengibaratkan perjalanan mahasiswa seperti metamorfosis kupu-kupu. Prosesnya tidak selalu nyaman, bahkan sering menakutkan. Namun justru di sanalah pertumbuhan terjadi.
Hari wisuda adalah titik balik. Bukan hanya untuk institusi, tetapi untuk setiap individu yang kini menyandang status alumni. Masa depan tidak ditentukan oleh retorika, melainkan oleh nilai yang dihidupkan setiap hari.
Ilmu untuk Semua, Pengabdian untuk Bangsa
IAI Al-Aziz melepas lulusannya dengan satu pesan sederhana namun mendalam: ilmu adalah jalan pengabdian. Di mana pun para alumni berpijak, di situlah nilai kemanusiaan, disiplin, toleransi, dan kerja keras harus hadir.
Wisuda pun berakhir. Namun perjalanan baru saja dimulai menuju peradaban yang lebih manusiawi, produktif, dan bermartabat.


