الأربعاء، 17 كانون1/ديسمبر 2025

Pelarangan Mainan Latto Latto Disekolah, Ditanggapi Anggota DPRD Kota Depok

تعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجوم
 

Lognews201.com, Depok - Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok berencana melarang pelajar untuk membawa mainan latto-latto ke dalam area sekolah. Mengingat, mainan itu dapat menimbulkan bunyi yang dapat mengganggu ketenangan kegiatan belajar mengajar.

Kepala Bidang (Kabid) Sekolah Dasar (SD) pada Disdik Kota Depok, Wawang Buang mengungkapkan, pihaknya akan mengambil kebijakan itu demi kenyamanan dan keamanan pelajar.

“Intinya permainan itu jika dimainkan jam belajar tentu akan mengganggu kenyamanan saat belajar. Tentunya, bunyi-bunyian itu akan sangat menganggu,” kata dia.

Namun, pihaknya akan melakukan pemantauan terlebih dulu sebelum melakukan pelarangan. Sehingga, efektifitas pelarangan dapat berjalan dengan baik.

“Kita akan melihat terlebih dulu seperti apa ketika siswa sudah masuk sekolah,” ujar Awang, sapaannya.

Jika mengganggu, tegas dia, disdik akan mengeluarkan surat edaran yang berbunyi tentang pelarangan mainan tersebut dibawa ke dalam area sekolah.

“Kalau ternyata mengganggu jam belajar, maka akan kami keluarkan surat edaran atau himbauan kepada sekolah-sekolah agar siswa tidak membawa mainan tersebut ke dalam area sekolah,” terang Awang.

Pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati menilai, Disdik Kota Depok tidak perlu melakukan pelarangan tersebut. Namun, perlu diberlakukan aturan agar mainan itu tidak dipakai saat jam belajar.

“Tidak usah dilarang , tinggal diatur saja,” tegas dia.

Menurut Devie, hadirnya permainan latto-latto dapat dipandang sebagai fenomena yang positif. Sebab, mainan dua bola keras itu dapat mengalihkan ketertarikan anak pada gadget.

“Ini kan juga sebagai bentuk pengalihan yang menarik. Dari yang biasanya anak main gadget sekarang beralih pada permainan tradisional latto-latto,” terangnya.

Kehadiran latto-latto, kata dia, menjadi alternatif dalam komunikasi dan interaksi yang dibangun anak secara langsung.

“Karena dalam bermain latto-latto ini, anak akan secara langsung berinteraksi dengan temannya secara langsung, sehingga dapat menjadi manusia yang seutuhnya,” terang Devie.

Keunggulannya, beber Devie, anak dapat terhindar dari konten negatif yang mudah ditemui ketika memainkan gadget. Misalnya, konten pornografi yang terbilang mudah untuk diakses menggunakan gadget.

“Positifnya mereka dapat terbebas juga dari konten pornografi dan konten negatif yang lainnya,” tutur dia.  

Anggota Komisi D DPRD Kota Depok, Ade Supriatna menuturkan, permainan yang sedang trending itu tidak lebih berbahaya jika dibandingkan dengan bahaya penggunaan gadget yang dapat memicu hal negatif.

“Saya tidak melihat latto-latto lebih berbahaya dibanding handphone,” ujar dia.

Politikus PKS itu menjelaskan, latto-latto sama halnya dengan permainan tradiosional lainnya semisal yoyo, gasing dan lainnya. Bahkan, permainan tradisional itu dapat melatih motorik kasar pada anak.

“Tinggal orang tua dan guru tetap mengontrol agar permainan tersebut tidak menimbulkan efek samping yang negatif,” terang Ade.

Selanjutnya, sebut Ade, permainan itu dapat dikanalisasi menjadi sarana pembelajaran bagi anak. Misalnya lewat ice breaking hingga diperlombakan.

“Tidak perlu dilarang, malah dapat dikanalisasi jadi sarana pembelajaran aja. Dapat dijadikan untuk sesi ice breaking dan diperlombakan,” kata dia.

Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Anyelir 1, Taslih menjelaskan, pihaknya belum melakukan pelarangan terkait permainan tersebut. Sebab, siswa sekolahnya masih dalam masa libur.

“Belum masuk sekolah, masih libur. Kita lihat-lihat dulu nanti,” ucap dia.  (Jaya/kontri-untuk Indonesia)