(Seri mengenal tradisi-tradisi di Al-Zaytun)
Oleh Ali Aminulloh
Dalam setiap denyut nadi olahraga, terdapat lebih dari sekadar kompetisi dan raihan kemenangan. Ia adalah arena tempaan, wadah pembentukan karakter, dan jembatan menuju nilai-nilai luhur kemanusiaan. Di tengah gemuruh sorak-sorai dan peluh perjuangan, Mahad Al-Zaytun menemukan esensi sejati olahraga sebagai sarana pendidikan yang tak ternilai, sebuah filosofi yang terpatri kuat dalam Janji Atlet. Janji ini bukan sekadar deretan kata, melainkan panduan etis yang mengikat setiap individu yang mengenakan seragam atlet, baik saat berlatih maupun bertanding.
Lebih dari Sekadar Pemenang: Membangun Sportivitas dan Integritas
Bagi seorang olahragawan, janji atlet adalah kompas moral yang membimbing sikap dan tindak tanduk. Ia menanamkan pemahaman bahwa sportivitas adalah kunci utama, lebih tinggi dari sekadar hasil akhir. Para atlet tidak hanya diajarkan untuk meraih kemenangan, tetapi juga untuk menghargai proses yang jujur dan adil. Prinsip ini memastikan bahwa setiap pertandingan, setiap latihan, adalah ajang pembuktian integritas diri.
Di Mahad Al-Zaytun, visi ini dihayati secara mendalam. Olahraga bukan hanya tentang permainan dan pertandingan, melainkan bagian integral dari penanaman karakter. Sularno, S.Pd., Ketua Komite Olahraga dan Seni Mahad Al-Zaytun (Kosmaz), menegaskan pentingnya Janji Atlet. "Sebelum santri menjalankan latihan maupun pertandingan, baik di internal maupun saat tanding di arena luar, selalu diawali dengan Pembacaan Janji Atlet," ungkapnya. Pembacaan janji ini menjadi semacam ritual sakral yang telah membudaya. Ini mengingatkan kembali pada landasan moral sebelum terjun ke arena.
Adapun teks Janji Atlet Mahad Al Zaytun yang selalu diikrarkan adalah sebagai berikut:
Bismillahirrahmanirrahim
Janji Atlet
1. Seorang Atlet harus berdisiplin.
2. Seorang Atlet harus berani.
3. Seorang Atlet harus jujur dan hemat.
4. Seorang Atlet harus cerdas dan sportif.
5. Seorang Atlet harus toleran, menjunjung tinggi persaudaraan demi perdamaian.
6. Seorang Atlet harus membela kemanusiaan.
8. Seorang Atlet pantang menyerah. Walhamdulillahirobbilaalamiin
Poin-poin dalam Janji Atlet ini dengan jelas merangkum nilai-nilai universal yang esensial tidak hanya bagi seorang atlet, tetapi juga bagi seorang manusia seutuhnya. Disiplin membentuk kebiasaan baik, keberanian mendorong untuk mengatasi tantangan, kejujuran dan hemat menumbuhkan integritas dan tanggung jawab, sementara kecerdasan dan sportivitas mengasah kemampuan berpikir strategis dan perilaku adil. Yang paling menyentuh adalah poin kelima dan keenam, yang mengangkat Janji Atlet ke ranah yang lebih tinggi: toleransi, persaudaraan demi perdamaian, dan pembelaan kemanusiaan. Ini menunjukkan bahwa olahraga di Mahad Al-Zaytun tidak hanya berorientasi pada fisik dan mental, tetapi juga pada pembentukan jiwa yang peduli dan berempati terhadap sesama.
Visi Sehat, Cerdas, dan Manusiawi: Harmoni Jiwa dan Raga
Janji Atlet selaras dengan visi Mahad Al-Zaytun yang termaktub dalam moto "Pusat Pendidikan Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian Menuju Masyarakat Sehat, Cerdas, dan Manusiawi." Salah satu pilar utama dari visi ini adalah membangun masyarakat yang sehat, tidak hanya secara fisik tetapi juga mental dan spiritual. Dalam konteks pendidikan di Al-Zaytun, "Masyarakat Sehat" berarti membangun kebiasaan hidup sehat, baik melalui pola hidup yang teratur maupun olahraga yang sehat, termasuk memiliki jiwa yang sehat.
Kesehatan fisik, pikiran, dan jiwa menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Filosofi ini berakar kuat pada tujuan pendidikan Al-Zaytun: mempersiapkan peserta didik yang berakidah kokoh kuat terhadap Allah dan syariat-Nya, menyatu di dalam tauhid, berakhlakul karimah, berilmu pengetahuan tinggi, dan berkesenian memadai. Semua ini tersimpul dalam frasa basthatan fil ilmi wal jismi—kelapangan dalam ilmu dan kekuatan dalam raga. Dengan demikian, peserta didik diharapkan sanggup, siap, dan mampu untuk hidup secara dinamis dalam masyarakat bangsanya dan masyarakat antar bangsa dengan penuh kebahagiaan dan kesejahteraan duniawi dan ukhrawi.
Olahraga, melalui pengamalan Janji Atlet, menjadi medium ampuh untuk mencapai tujuan mulia ini. Ia tidak hanya membentuk fisik yang kuat dan prima, tetapi juga melatih ketahanan mental, kejujuran, sportivitas, dan empati. Setiap kali seorang santri mengucapkan Janji Atlet, ia tidak hanya berikrar untuk menjadi atlet yang baik, tetapi juga menjadi pribadi yang bertanggung jawab, peduli, dan siap berkontribusi pada perdamaian dan kemanusiaan.
Epilog: Warisan Jiwa yang Abadi
Pada akhirnya, Janji Atlet di Mahad Al-Zaytun adalah lebih dari sekadar sumpah di atas lapangan. Ia adalah cetak biru untuk kehidupan, sebuah komitmen untuk membangun individu yang utuh: sehat fisik, cerdas pikiran, dan luhur jiwa. Melalui setiap gerakan, setiap pertandingan, dan setiap keringat yang menetes, para atlet Al-Zaytun tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga menanamkan benih-benih karakter mulia yang akan tumbuh menjadi pohon perdamaian dan kemanusiaan. Janji ini akan terus hidup, melampaui batas-batas arena, dan menjadi warisan jiwa yang abadi bagi setiap generasi yang dididik di Mahad Al-Zaytun.