(Disarikan dari Dzikir Jumat Syaykh Al Zaytun oleh Ali Aminulloh)
lognews.co.id, Indonesia - Sudah menjadi tradisi di Al Zaytun , selepas Shalat Jumat, Syaykh menyampaikan dzikir Jumat di hadapan jamaah Juma'at. Pada Jumat kali ini, Syaykh menjelaskan bahwa Ma'had Al-Zaytun mengawali semester ganjil tahun ajaran baru seluruh pelaku didik harus mengambil langkah cepat dan tegas. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, proses pembelajaran bagi santri baru, khususnya Kelas 7, dimulai tanpa jeda, langsung beradaptasi dengan kurikulum intensif yang telah disiapkan. Kebijakan ini menekankan pentingnya kedisiplinan waktu dan kesiapan penuh dari seluruh elemen Ma'had, baik bagi santri yang berasal dari MI Al-Zaytun maupun dari luar.
Disiplin Tanpa Kompromi: Dari Kelas Hingga Asrama
Dalam kesempatan ini, Syaykh Al Zaytun menegaskan bahwa tidak ada ruang bagi kelonggaran. "Untuk memulai masuk Kelas 7 jangan ada jeda, tapi masuk ke kurikulum jangan ada alasan masih cuti. Awali untuk Kelas 7 dengan kesiapan penuh," demikian arahan yang disampaikan.
Disiplin ini tidak hanya berlaku di ruang kelas, tetapi juga meresap hingga ke lingkungan asrama. Pengawasan ketat terhadap berbagai aspek kehidupan santri menjadi prioritas utama. Salah satu fokus krusial adalah pemenuhan gizi santri. Pimpinan Ma'had menekankan, "Pengawasan terhadap pelaksanaan makanan jangan lengah. Pelajar jangan lengah disiplin mendapatkan makan. Jangan sampai ada santri yang tidak dapat jatah."
Arahan ini disertai penekanan pada pentingnya pengawas khusus yang memastikan setiap santri menerima porsi makan yang sama dan cukup, mencakup karbohidrat, protein, dan sayuran. Mengingat tingginya aktivitas fisik santri, kecukupan gizi menjadi faktor vital agar tidak ada anak yang kekurangan asupan nutrisi dan asuhan.
Standar Kelas Internasional dan Ekspansi Fasilitas
Al-Zaytun kembali menegaskan komitmennya terhadap standar fasilitas internasional. Dengan ukuran kelas 8x12 meter persegi atau 96 meter persegi, Ma'had menetapkan maksimal 24 santri per kelas. Ini berarti setiap santri mendapatkan ruang belajar seluas 4 meter persegi, sebuah standar yang bahkan diakui dan menjadi acuan bagi daerah lain.
"Ukuran kelas kita sudah internasional. 96 meter persegi diisi maksimum 24 orang. Jika lebih, maka sebaiknya menambah kelas," jelas pimpinan. "Ukuran kelas kita menjadi ukuran yang digunakan negara. Contoh Jawa Barat, ia memberi aturan kelasnya, tapi per anak 4 meter. Ini yang diprotes asosiasi sekolah swasta. Mestinya yang diatur jumlah penghuninya. Sebenarnya hal yang gampang."
Al-Zaytun menegaskan bahwa prinsip 4 meter persegi per pelajar ini telah diterapkan sejak awal berdirinya Ma'had. Apabila terjadi kekurangan ruang, seluruh gedung yang tersedia akan dimanfaatkan secara optimal, dan pembangunan fasilitas baru akan menjadi prioritas.
Merintis LSTEAM dan Partisipasi Aktif Pelajar dalam Penyusunan Aturan
Inovasi pendidikan di Al-Zaytun juga terus bergulir dengan perlahan-lahan menetapkan konsep LSTEAM. Ini merupakan kerangka pembelajaran yang mendorong pelajar untuk menyesuaikan diri dengan metode dan materi yang dirancang sendiri, namun tetap dalam kerangka kurikulum yang terstruktur. "Maka pelajaran dibuat sendiri. Maka nanti diundangkan untuk pelajar," demikian gambaran konsep ini.
Yang tak kalah menarik adalah perubahan signifikan dalam mekanisme penyusunan aturan di Ma'had. Selama ini, aturan disusun sepenuhnya oleh komponen sekolah dan ditaati oleh pelajar. Namun, ke depan, Al-Zaytun akan mengadopsi pendekatan yang lebih partisipatif.
Seluruh angkatan pelajar, mulai dari Kelas 7 hingga 11, akan memiliki perwakilan untuk menetapkan aturan. Representasi ini akan diwujudkan melalui pembentukan Dewan Perwakilan Pelajar dan Majelis Permusyawaratan Pelajar. Tujuannya adalah agar pelajar tidak hanya menaati, tetapi juga mengetahui dan memahami sepenuhnya setiap aturan yang berlaku.
Langkah ini bahkan membuka kemungkinan untuk menetapkan Presiden Pelajar, dengan mekanisme pemilihan yang akan ditentukan kemudian, apakah melalui pemilihan langsung oleh seluruh pelajar atau melalui perwakilan. Draf untuk pelaksanaan inisiatif penting ini akan disusun oleh Majelis Guru dan Majelis Asrama, kemudian dimusyawarahkan lebih lanjut dalam forum masyikahah.
Ini adalah era baru di Ma'had Al-Zaytun, di mana disiplin, kualitas fasilitas, inovasi pendidikan, dan partisipasi pelajar bersatu padu untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan memberdayakan. Guru dipanggil untuk lebih meningkatkan perannya, yidak saja sebagai pengajar, pendidik, Pembina bahkan menjadi mitra bagi para pelajar dalam mengembangkan potensi terbaik nya. Menjadi kader bangsa menyongsong Indonesia Emas.



