lognews.co.id – Penggunaan gawai seperti smartphone dan tablet makin tak terbendung dalam keseharian masyarakat Indonesia. Aktivitas scrolling media sosial, menonton video pendek, hingga bermain gim kini menyita waktu lebih dari sekadar hiburan. Studi terbaru dari sejumlah lembaga riset teknologi menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan lebih dari 7 jam per hari di depan layar.
Lonjakan ini memicu kekhawatiran baru: berkurangnya waktu produktif, terganggunya fokus belajar dan bekerja, hingga meningkatnya keluhan kesehatan mental seperti kecemasan, overthinking, dan insomnia.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di kalangan remaja. Pekerja kantoran, ibu rumah tangga, bahkan anak-anak sekolah dasar turut terjebak dalam rutinitas digital yang sulit dihentikan. Fitur autoplay video, notifikasi berulang, dan algoritma yang dirancang untuk mempertahankan perhatian, membuat pengguna tak sadar waktu yang terbuang.
Beberapa indikator yang menunjukkan seseorang mulai kecanduan gawai antara lain sulit fokus tanpa ponsel, panik jika baterai habis, hingga terus-menerus membuka aplikasi meski tidak ada keperluan. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini berdampak pada kualitas tidur, hubungan sosial, serta kemampuan menyelesaikan tugas dengan optimal.
Dampak Serius di Lingkungan Sosial dan Keluarga
Di dalam rumah, ketergantungan pada layar mulai menggeser interaksi antaranggota keluarga. Jam makan bersama tergantikan dengan masing-masing sibuk dengan perangkatnya. Anak-anak kehilangan kesempatan bermain aktif di luar rumah karena lebih tertarik pada video di YouTube atau game daring.
Di sekolah dan kampus, banyak mahasiswa mengaku sulit konsentrasi mengikuti pembelajaran karena terganggu notifikasi dari grup, media sosial, atau konten hiburan yang terus hadir tanpa henti. Hal ini menurunkan kualitas partisipasi dan pencapaian akademik mereka secara keseluruhan.
Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa langkah sederhana namun efektif yang bisa diterapkan secara bertahap:
1. Atur waktu maksimal per aplikasi: Gunakan fitur pembatasan waktu harian di aplikasi media sosial agar penggunaannya tetap terkontrol.
2. Aktifkan mode grayscale: Warna abu-abu membuat tampilan layar kurang menarik secara visual sehingga mencegah keinginan terus-terusan membuka ponsel.
3. Tentukan zona bebas HP: Hindari membawa HP ke meja makan atau tempat tidur, agar ruang interaksi sosial dan waktu istirahat tetap terjaga.
4. Alihkan dengan aktivitas fisik atau hobi: Membaca buku, menggambar, atau sekadar jalan kaki sore hari bisa menjadi alternatif menyenangkan yang tak bergantung pada layar.
5. Matikan notifikasi tidak penting: Kurangi distraksi dengan hanya mengaktifkan notifikasi dari aplikasi yang benar-benar penting.
Kebiasaan digital yang tidak terkontrol bukan hanya persoalan waktu, tetapi juga menyangkut kualitas hidup secara keseluruhan. Masyarakat dituntut untuk lebih sadar akan bahaya di balik kenyamanan layar, dan mulai mengembalikan kendali atas waktu mereka sendiri. (Sahil untuk Indonesia)