lognews.co.id - Asrama Al Nur kembali hidup dengan kehangatan yang khas. Setelah satu bulan menjalani Program Belajar ke Masyarakat, para pelajar putri Madrasah Aliyah kelas X, XI dan XII kembali mengisi lorong-lorong asrama dengan kisah, pengalaman, dan kematangan baru. Kepulangan mereka disambut dengan sambutan hangat dari Manajemen Asrama, menjadi penanda bahwa perjalanan belajar mereka tidak hanya berlangsung di ruang kelas, tetapi juga di tengah masyarakat.
Tiga hari setelah ketibaan pelajar tepat pukul 19.00 WIB, suasana penyambutan berlanjut ke sebuah agenda penting: Sosialisasi Sapta Janji Darma Bakti, sebuah nilai dasar yang senafas dengan program besar yang digagas Syaykh Al-Zaytun menanam kesadaran dan menumbuhkan kemanusiaan.
Menyambut Ketibaan, Meneguhkan Nilai
Dalam suasana penuh haru, manajemen menyampaikan apresiasi atas pembelajaran yang telah ditunaikan para santri selama satu bulan. Senyum, pelukan, dan tepuk tangan hangat mengisi aula asrama, menciptakan ruang kembali bagi pertumbuhan karakter.
Sosialisasi kemudian dimulai. Para pembimbing duduk membentuk shaf kepemimpinan yang kokoh namun ramah. Para santri yang baru kembali duduk rapi, sebagian masih membawa sisa pengalaman lapangan dalam tatap mata mereka lebih matang, lebih peka, lebih memahami arti merawat kehidupan.
“Belajar Ke Masyarakat telah memperkaya kalian dengan pengalaman. Malam ini, kita mempertegas kembali arah langkahnya,” ujar Ketua Asrama. Sapta Janji Darma Bakti pun diperkenalkan sebagai kompas batin yang menghubungkan hubungan personal, sosial, dan spiritual para santri.
Pembimbing asrama membuka sosialisasi dengan menjelaskan bahwa Sapta Janji Darma Bakti bukan sekadar rangkaian kalimat. Ia adalah janji jiwa, arah hidup, dan praktik kesadaran yang akan membentuk karakter santri sebagai manusia merdeka, bertanggung jawab, dan bercahaya.
Teks Sapta Janji Darma Bakti disampaikan dalam tiga bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris Sapta Janji menjadi simbol keterbukaan sekaligus kedalaman pendidikan Al-Zaytun.
Sapta Janji Darma Bakti
سبعة عهود في الخدمة الواجبة
Seven Vows of Devoted Service
Dengan kesadaran jiwa saya berjanji/ بِوَعْيِ النَّفْسِ أَعِد/ With the awareness I vows:
|
No |
Indonesia |
العربية |
English |
|
1 |
Saya akan berdisiplin dalam waktu, ruang, dan niat. |
ألتزمُ بالانضباطِ في الوقتِ والمكانِ والنية. |
I commit to discipline in time, space, and intention. |
|
2 |
Saya akan berani berpikir, bertindak, dan bertanggung jawab. |
أكون شجاعًا في التفكيرِ والعملِ وتحمّلِ المسؤولية. |
I will be brave in thought, action, and responsibility. |
|
3 |
Saya akan membela nilai-nilai kampus dan pemimpin yang menanamkan warisan. |
أدافع عن قِيَمِ المَعْهَدِ وقادَتِهِ الَّذين يغرسون الإرث. |
I will uphold the campus values and its legacy-bearing leaders. |
|
4 |
Saya akan jujur dalam kata, kerja, dan niat. |
أكون صادقًا في القولِ والعملِ والنية. |
I will be honest in speech, work, and intention. |
|
5 |
Saya akan hidup hemat, sederhana, dan bertanggung jawab terhadap ciptaan. |
أعيشُ ببساطةٍ ومسؤوليةٍ تجاه الخلق. |
I will live simply and responsibly toward creation. |
|
6 |
Saya akan mencintai dan merawat sesama sebagai bagian dari jiwa kampus. |
أُحبّ وأرعى زملائي كجزءٍ من روحِ المَعْهَد. |
I will love and care for others as part of the campus soul. |
|
7 |
Saya akan pantang menyerah dalam belajar, berbakti, dan mewariskan nilai. |
لَا أستسلمُ في التعلّمِ والخدمةِ وتوريثِ القيم. |
I will never give up in learning, serving, and passing on values. |
Sapta Janji Darma Bakti merupakan rumusan nilai dasar yang meneguhkan arah pembentukan manusia Al-Zaytun: manusia merdeka jiwa, bersih budi, dan teguh dalam pengabdian. Secara filosofi, tujuh janji ini bukan sekadar aturan, melainkan ikrar kesadaran yang mengikat manusia dengan tiga poros utama kehidupan:
- hubungan dengan dirinya,
- hubungan dengan sesame ciptaan, dan
- hubungan dengan Sang Pencipta.
“Saya akan…” menjadi deklarasi personal bahwa perubahan sejati lahir dari kesediaan individu menata niat, sikap, dan tindakannya sendiri. Dengan demikian, Sapta Janji Darma Bakti berfungsi sebagai cermin kepribadian, kompas moral, sekaligus pondasi peradaban yang mengarahkan setiap santri untuk hidup disiplin, jujur, berani, sederhana, saling merawat, dan pantang menyerah.
Secara keseluruhan, Sapta Janji ini adalah jalan kesadaran yang memadukan spiritualitas, etika, dan tanggung jawab sosial agar setiap civitas Al-Zaytun tumbuh sebagai manusia luhur yang berbakti, membawa manfaat, dan meneruskan warisan nilai ke generasi berikutnya
Pembimbing Asrama menekankan bahwa Syaykh Al-Zaytun memilih diksi “Saya akan…” untuk menumbuhkan kesadaran pribadi bahwa setiap pelajar tidak sekadar ikut aturan, tetapi mengikrarkan komitmen yang lahir dari batinnya sendiri.
Suara Janji yang Membuat Hening

Salah satu momen paling berkesan adalah ketika Khomsatun, santri kelas XII MIPA Pertanian, diminta maju ke depan. Tanpa teks di tangan, ia melafalkan seluruh Sapta Janji Darma Bakti dalam bahasa Indonesia dengan suara jernih, jelas, dan penuh keyakinan.
Ruang aula seketika hening.
Para santri yang baru kembali dari belajar ke masyarakat tampak terinspirasi. Hafalan Khomsatun bukan hanya hafalan kata, tetapi bukti bahwa nilai dapat turun ke hati. Pembimbing menegaskan bahwa dirinya menjadi teladan bahwa janji ini bukan beban, melainkan cahaya yang menuntun.
Dari Pengalaman ke Kesadaran
Penjelasan setiap butir janji disampaikan dengan pendekatan dialogis, tidak menggurui. Para santri diajak memahami:
- Disiplin sebagai fondasi hidup tertata,
- Keberanian sebagai ciri kemerdekaan,
- Membela nilai sebagai wujud keberadaban,
- Kejujuran sebagai pilar spiritualitas,
- Kesederhanaan sebagai penghormatan terhadap ciptaan,
- Cnta sesama sebagai inti persaudaraan sejati,
- Pantang menyerah sebagai karakter pejuang ilmu.
Dengan latar satu bulan berinteraksi langsung dengan masyarakat, setiap pesan terasa lebih relevan dan membumi.
Malam di Mana Janji Ditanamkan
Menjelang pukul 20.00 WIB, seluruh santri berdiri dan bersama-sama mengucapkan Sapta Janji Darma Bakti. Suara mereka menyatu memenuhi aula, menciptakan gema yang bukan sekadar nyaring, tetapi meneguhkan.
Malam itu menjadi momentum ganda:
penyambutan yang menghangatkan, dan peneguhan nilai yang mematangkan.
Para pelajar putri Asrama Al Nur tiba dari masyarakat dengan pengalaman baru, dan malam ini mereka melangkah ke masa depan dengan kompas batin yang lebih kokoh.


