Oleh: Latief WeHa
lognews.co.id - Ajaran agama-agama besar di dunia sangat jelas dan tegas dalam menyerukan larangan berbuat kerusakan di bumi dan perintah untuk memakmurkannya. Menjaga alam bukanlah pilihan, melainkan implementasi nyata dari iman itu sendiri.
Kesamaan Pesan Lintas Iman
Islam (Al-Qur'an): Secara eksplisit melarang kerusakan, seperti dalam QS Al-A'raf: 56, "Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (Allah) memperbaikinya." dan menegaskan bahwa kerusakan alam (QS Ar-Rum: 41) adalah akibat tangan manusia.
Kristen/ Katholik (Alkitab): Memberikan perintah untuk mengelola dan memelihara bumi (Kejadian 1:28, 2:15), menyoroti kerusakan alam sebagai konsekuensi dosa (Yesaya 24:4-5), dan berjanji akan membinasakan mereka yang merusak bumi (Wahyu 11:18).
Buddhisme: Walau tidak ada satu larangan tunggal, ajaran Buddha menekankan pada etika, kasih sayang (metta), dan saling ketergantungan (paticca-samuppada) semua kehidupan, yang secara fundamental menolak perusakan alam.
Kerusakan Alam: Watak Orang yang Kufur
Seseorang yang beriman, apapun keyakinannya, tidak akan berbuat kerusakan di bumi. Tindakan merusak alam—seperti membabat hutan demi kepentingan diri, menambang tanpa batas, hingga korupsi yang merajalela—adalah watak dan kelakuan orang-orang kufur yang ingkar kepada ajaran Ilahi. Ini adalah bentuk kekufuran yang nyata. Kafir yang nyata.
Makna Sejati 'Memakmurkan'
Praktek nyata dari perintah "memakmurkan tempat ibadah" melampaui sekadar memenuhi masjid, gereja, atau kuil hingga penuh jamaat.
Implementasi sejati dari perintah Ilahi ada dalam menanam, merawat, dan menjaga hutan serta tidak berbuat kerusakan alam dan aspek kehidupan lainnya.
Untuk apa ritual ibadah yang berulang kali—syahadat, sholat, puasa, zakat, haji—jika manusia dengan mudahnya merusak alam, membabat hutan semaunya, menggerus bumi dengan tambang, serta membiarkan kerusakan akhlak moral merajalela?
Inilah seruan bagi para cerdik cendekia dan Ulil Amri (pemimpin pemerintahan) untuk tidak membiarkan kerusakan alam dan kehidupan semakin menggila.
Pesan ini mendesak kita untuk "Menanam Kesadaran - Menumbuhkan Kemanusiaan," sebuah seruan Syaykh Al-Zaytun, Syaykh AS. Panji Gumilang yang menegaskan bahwa Ajaran Ilahi adalah untuk Semua.
Salam sehat, cerdas, dan manusiawi.
Merdeka!


